PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Antropometri
adalah ilmu yang mempelajari berbagai ukuran tubuh manusia.Dalam bidang ilmu
gizi digunakan untuk menilai status gizi. Ukuran yang sering digunakan adalah
berat badan dan tinggi badan. Selain itu juga ukuran tubuhlainnya seperti
lingkar lengan atas, lapisan lemak bawah kulit, tinggi lutut,lingkaran perut,
lingkaran pinggul. Ukuran-ukuran antropometri tersebut bisaberdiri sendiri
untuk menentukan status gizi dibanding baku atau berupa indeksdengan membandingkan
ukuran lainnyaseperti BB/U, BB/TB. TB/U (Sandjaja,dkk., 2010).
Secara
umum antropometri artinya ukuran tubuh manusia. Ditinjau darisudut pandang
gizi, maka antropometri gizi berhubungan berbagai macampengukuran dimensi tubuh
dan komposisi dari berbagai tingkat umur dan tingkatgizi (Supariasa, dkk.,
2001).
Antropometri
merupakan bidang ilmu yang berhubungan dengan dimensitubuh manusia.
Dimensi-dimensi ini dibagi menjadi kelompok statistika danukuran persentil.
Jika seratus orang berdiri berjajar dari yang terkecil sampaiterbesar dalam
suatu urutan, hal ini akan dapat diklasifikasikan dari 1 percentilesampai 100
persentil. Data dimensi manusia ini sangat berguna dalamperancangan produk
dengan tujuan mencari keserasian produk dengan manusiayang memakainya (Nugroho,
2002).
Di
masyarakat, cara pengukuran status gizi yang paling sering digunakanadalah
antropometri gizi. Dewasa ini dalam program gizi masyarakat, pemantauanstatus
gizi anak balita menggunakan metode antropometri,sebagai cara
untuk menilai status gizi. Di samping itu pula dalam kegiatan penapisan
status gizimasyarakat selalu menggunakan metode tersebut (Supariasa, dkk.,
2001).
Penyakit
infeksi dan kekurangan gizi terlihat kurang, kemakmuran ternyatadiikuti oleh
perubahan gaya hidup. Pola makan terutama di perkotaan bergeserdari pola makan
tradisional yang banyak mengkonsumsi karbohidrat, sayuran makanan berserat ke pola makan masyarakat barat
yang komposisinya terlalubanyak mengandung lemak, protein, gula, garam
tetapi miskin serat. Sejalandengan itu setahun terakhir ini mulai terlihat
peningkatan angka prevalensikegemukan/obesitas pada sebagian penduduk
perkotaan, yang diikuti pula padaakhir-akhir ini di pedesaan (Asmayuni, 2007).
Perhatian
utama adalah mempersiapkan dan meningkatkan kualitas penduduk usia kerja
agar benar-benar memperoleh kesempatan serta turut berperan danmemiliki
kemmpuan untuk ikut dalam upaya pembangunan. Salah satu upayapenting untuk
mewujudkan hal tersebut adalah pembangunan di idang kesehatandan gizi.
Antropometri sebagai teknik yang mula-mula dikembangkan dikalanganantropolog
biologis, kini aplikasinya menyentuh berbagai bidang antara lainkedokteran,
olahraga, antropologigizi, keperawatan, dan pediatric dalam ilmupertumbuhan
anak. Antropolog seperti Tanner, Bogin, Boucher, Malina, danUlijaszek
mengembangkan teknik antropometri yang dihubungkan dengan teoripertumbuhan
manusia dari intra-uterine sampai adolesentia akhir (sekitar 20tahun) (Barasi,
2008).
Aplikasi
antropometri sebagai metode bioantropologi ke dalam kedokteranmanjadi bermakna
apabila disertai latar belakang teori yang adekuat tentangpertumbuhan.
Berdasarkan tujuan penelitian pengukuran antropometri, setidak-tidaknya ada
lima hal penting yang mewakili tujuan pengukuran yaitu mengetahuikekern otot,
kekekaran tualng, ukuran tubuh secara umum, panjang tungkai danlengan, serta
kandungan lemak tubuh di ekstremitas dan di torso. Dalampemakaian untuk
penilaian status gizi, antropometri disajikan dalam bentuk indeks,
misalnya berat badan menurut umur (BB/U), tinggi badan menurut umur(TB/U) atau
berat badan menurut tinggi badan (BB/TB), lingkar lengan atasmenurut umur
(LLA/U) dan sebagainya (Barasi, 2008).Karena antropometri sebagai indikator
penilaian status gizi yang palingmudah yang dapat dilakukan dengan mengukur
beberapa parameter, antara lain:umur, berat badan, tinggi badan, lingkar lengan
atas, lingkar kepala, lingkar dada,lingkar pinggul dan tebal lemak di bawah
kulit. Oleh karena itu, untuk mengetahuistatus gizi seseorang, maka dilakukan
pengukuran antropometri ini
B.
Tujuan
Praktikum
1. TujuanUmum
Untuk mengetahui Penilaian status gizi secara
antropometri
2.
TujuanKhusus
1.
Untuk mengetahui pengukuran Indeks Massa tubuh (IMT)
2.
Untuk mengetahui pengukuran Rasio Lingkar Pinggang dan Panggul (WHR)
3.
Untuk mengetahui pengukuran Rasio lingkar perut
4.
Untukmengetahuiestimasitinggibadanberdasarkantinggilutut.
5.
Untuk mengetahui pengukuran Tebal lipatan kulit (% body fat)
6.
Untuk mengetahui pengukuran lingkar lengan atas (LILA).
C.
Prinsip
Percobaan
1.
Untuk pengukuran berat badan dan tinggi badan dilakukan tanpa mengenakan alas kaki
2.
Timbangan berada pada penunjukan skala 0,0
3.
Membuka pakaian ketika pengukuran LILA, Tricep, dan Bisep
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
A.
Penentuan Status Gizi
Status
gizi adalah ekspresi dari keseimbangan dalam bentuk variabel-variabel
tertentu. Status gizi juga merupakan
akibat dari keseimbangan antara konsumsi dan penyerapan zat gizi dan penggunaan
zat-zat gizi tersebut atau keadaan fisiologik akibat dari tersedianya zat gizi
dalam seluruh tubuh (Supariasa, 2002).
Antropometri
merupakan salah satu metode yang dapat digunakan untukmenilai status gizi.
Secara umum antropometri diartikan sebagai ukuran tubuh,ditinjau dari sudut
gizi maka antropometri ditinjau dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi. Antropometri
sangat umum digunakan untuk mengukur status gizi untuk berbagai ketidak
seimbangan antara asupan energi dan protein (Gibson 2005).
Pertumbuhan
dan perkembangan mencakup dua peristiwa yang statusnya berbeda, tetapi
saling berkaitan dan susah dipisahkan. Pertumbuhan (growth) berkaitan
dengan perubahan dalam besar, jumlah, ukuran dan fungsi tingkatsel, organ
maupun individu, yang diukur dengan ukuran berat (gram, pound,kilogram), ukuran
panjang (cm, meter), umur tulang dan keseimbanganmetabolik (Suparasia, dkk.,
2001).
Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan (skill) dalam struktur dan
fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam
pola yang teratur dan dapatdiramalkan sebagai hasil proses pematangan.
Pertumbuhan terbagi atas duayaitu pertumbuhan linier dan massa jaringan dimana
kedua jenis pertumbuhantersebut merupakan ukuran antropometri gizi. Pertumbuhan
linier misalnyatinggi badan (TB), lingkar dada, dan lingkar kepala sedangkan
pertumbuhanmassa jaringan yaitu berat badan, lingkar lengan atas (LILA) dan
tebal lemak di bawah kulit (TLK). Antropometri sangat umum digunakan utuk
mengukur status gizi dari berbagai ketidak seimbangan antara asupan
protein dan energi.Gangguan ini biasanya terlihat dari pola pertumbuhan fisik
dan proporsi jaringan tubuh seperti lemak, otot, dan jumlah air dalam
tubuh. Adapun beberapa syarat yang mendasari penggunaan antropometri ini
adalah(Suparasia, dkk., 2001) :
a) Alatnya mudah didapat dan digunakan,
seperti dacin, pita lingkar lenganatas,
mikrotoa, dan
alat pengukur panjang bayi yang dapat dibuat sendiri dirumah.
b). Pengukuran dapat dilakukan berulang-ulang
dengan mudah dan objektif.Contohnya apabila
terjadi kesalahan pada pengukuran lingkar lengan atas pada anak balita
maka dapat
dilakukan pengukuran kembali tanpa harus persiapan alat yang rumit.
c).
Pengukuran bukan hanya dilakukan dengan tenaga khusus
professional, juga oleh tenaga
lain setelah dilatih untuk itu.
d). Biaya relatife
murah, karena alat mudah didapat dan tidak memerlukan bahan-bahan lainnya.
e). Hasilnya
mudah disimpulkan karena mempunyai ambang batas (cut off points) dan
baku
rujukan yang sudah pasti.
f). Secara
ilmiah diakui kebenaraya. Hampir semua negara mengguakanantropometri sebagai
metode untuk mengukur status gizi masyarakat,khususnya untuk penapisan ( screening )
status gizi.
Hal ini dikarenakanantropometri diakui kebearanya secara
ilmiah.Memperhatikan faktor
di atas, maka di bawah ini akan diuraikankeunggulan antropometri yaitu :
a). Prosedurnya
sederhana, aman dan dapat dilakukan dalam jumlah sampelyang besar.
b). Relative
tidak membutuhkan tenaga ahli, tetapi cukup dilakukan dengantenaga yang sudah
dilatih dalam waktu singkat dapat melakukan pengukuran antropometri.
c). Alatnya
murah, mudah dibawa, tahan lama, dapat dipesan, dibuat didaerah setempat.
d). Metode
ini tepat dan akurat karena dapat dibakukan.
e). Dapat
mendeteksi atau menggambarkan riwayat gizi masa lampau.
f). Umumnya
dapat mengidentifikasi status gizi.
g).
Dapat mengevaluasi perubahan status gizi pada periode tertentu.
h).
Digunakan untuk penapisan kelompok yang rawan terhadap gizi.
Di samping keunggulan metode antropometri tersebut, terdapat
pula beberapa kelemahan seperti :
a). Tidak
sensitif Metode ini tidak dapat mendeteksi status gizi dalam waktu singkat
dantidak
dapat membedakan kekurangan zat gizi tertentu seperti zinc dan fe.
b). Faktor
diluar gizi (penyakit, genetik, dan penurunan penggunaan energi)dapat menurukan
spesifitas dan sensifitas pengukuran antropometri.
c). Kesalahan
yang terjadi pada saat pengukuran dapat mempungaruhi presisi, akurasi,
dan validitas pengukuran antropometri gizi.
d). Kesalahan terjadi karena:
1. Pengukuran
2. Perubahan
hasil pengukuran baik fisik maupun komposisi jaringan
3. Analisis
dan asumsi yang keliru
e). Sumber
kesalahan, biasanya berhubungan dengan:
1).
Latihan petugas yang tidak cukup
2).
Kesalahan alat atau alat tidak ditera
3). Kesulitan pengukuran
B.
Indeks
Mata Tubuh ( IMT )
Penilaian status gizi terbagi atas dua
yakni penilaian status gizi secara langsung yang dibagi menjadi empat penilaian
yaitu antropometri, klinis, biokimia, dan biofisik. Dan penilaian status gizi
secara tidak langsung yakni, survey konsumsi makanan, statistik vital, dan
faktor ekologi. Pengukuran antropometri relatif mudah dilaksanakan. Akan tetapi
untuk berbagai cara, pengukuran antropometri ini membutuhkan keterampilan,
peralatan dan keterangan untuk pelaksananya.[1][6]
Parameter antropometri merupakan dasar
dari penilaian status gizi. Kombinasi antara beberapa parameter disebut Indeks
Antropometri. Dalam pengukuran indeks antropometri sering terjadi kerancuan,
hal ini akan mempengaruhi interpretasi status gizi yang keliru. Beberapa indeks
antropometri yang sering digunakan yaitu BB/U, TB/U, BB/TB. Perbedaan
penggunaan indeks tersebut akan memberikan gambaran prevalensi status gizi yang
berbeda.
Perlu ditekankan bahwa pengukuran
antropometri hanyalah satu dari sejumlah teknik-teknik yang dapat untuk menilai
status gizi. Pengukuran dengan cara-cara yang baku dilakukan beberapa kali
secara berkala pada berat dan tinggi badan, lingkaran lengan atas, lingkaran
kepala, tebal lipatan kulit (skinfold) diperlukan untuk penilaian
pertumbuhan dan status gizi pada bayi dan anak.1
Istilah Antropometri berasal dari kata “Anthro”
yang berarti manusia dan “metri” yang berarti ukuran. Secara definitif
antropometri dapat dinyatakan sebagai suatu studi yang berkaitan dengan
pengukuran bentuk, ukuran (tinggi, lebar) berat dan lain-lain yang berbeda satu
dengan lainnya (Sutalaksana,1996).
Menurut
Nurmianto (1991), antropometri adalah satu kumpulan data numerik yang
berhubungan dengan karakteristik fisik tubuh manusia, ukuran, bentuk dan
kekuatan serta penerapan dari data tersebut untuk penanganan masalah desain.
Antropometri secara lebih luas digunakan sebagai pertimbangan ergonomis proses
perencanaan produk maupun sistem kerja yang memerlukan interaksi manusia (Sutalaksana,1996).
Data antropometri yang berhasil diperoleh akan
diaplikasikan secara lebih luas antara lain dalam hal perancangan areal kerja (work
station), perancangan alat kerja seperti mesin, equipment, perkakas (tools),
perancangan produk-produk konsumtif seperti pakaian, kursi, meja, dan
perancangan lingkungan fisik. Berdasarkan hal tersebut, maka dapat disimpulkan
bahwa data antropometri akan menentukan bentuk, ukuran, dan dimensi yang tepat
berkaitan dengan produk yang akan dirancang sesuai dengan manusia yang akan
mengoperasikan atau menggunakan produk tersebut (Sutalaksana,1996).
Secara umum, antropometri artinya
ukuran tubuh manusia. Penilaian secara antropometri adalah suatu pengukuran
dimensi tubuh dan komposisi dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi.
Antropometri digunakan untuk melihat ketidakseimbangan asupan protein dan
energi. Pengertian istilah Nutritional Anthropometry mula-mula muncul
dalam Body Measurements and Human Nutrition yang ditulis oleh Brozek
pada tahun 1966 yang telah didefinisikan oleh Jelliffe (1966) sebagai
pengukuran pada variasi dimensi fisik dan komposisi besaran tubuh manusia pada
tingkat usia dan derajat nutrisi yang berbeda. Pengukuran antropometri ada 2
tipe yaitu: pertumbuhan dan ukuran komposisi tubuh yang dibagi menjadi
pengukuran lemak tubuh dan massa tubuh yang bebas lemak. Pengukuran berat badan
menurut umur pada umumnya untuk anak merupakan cara standar yang digunakan
untuk menilai pertumbuhan. Kurang berat tidak hanya menunjukkan konsumsi pangan
yang tidak cukup tetapi dapat pula mencerminkan keadaan sakit yang baru dialami Jelliffe (1966).
Antropometri
merupakan bidang ilmu yang berhubungan dengan dimensi tubuh manusia.
Dimensi-dimensi ini dibagi menjadi kelompok statistika dan ukuran persentil.
Kenyamanan menggunakan alat bergantung pada kesesuaian ukuran alat dengan
ukuran manusia. Jika tidak sesuai, maka dalam jangka waktu tertentu akan
mengakibatkan stress tubuh antara lain dapat berupa lelah, nyeri, pusing.
Penelitian yang dilakukan Chang terhadap 30 orang laki-laki sebegai operator pneumatic
screwdriver usia 22 tahun panjang lengannnya rata-rata 18,2 cm dan tinggi
tubuh rata-rata 168,5 cm, ternyata yang melakukan kerja pada posisi duduk lebih
menerima getaran pneumatic screwdriver dan otot lengan depannya
mengalami stress dibanding yang posisi kerja berdiri.
Penggunaan IMT hanya berlaku untuk orang
dewasa berumur diatas 18 tahun. IMT tidak dapat diterapkan pada bayi,
anak-anak, remaja, ibu hamil, dan olahragawan. Disamping itu, IMT tidak bisa
diterapkan pada keadaan khusus lainnya seperti edema, asites, dll. IMT/U
merupakan yang terutama bermanfaat untuk penapisan kelebihan berat badan dan
kegemukan. Biasanya IMT tidak meningkat dengan bertambahnya umur.
Rumus
perhitungan IMT:
IMT merupakan alat yang sangat sederhana untuk memantau status gizi orang
khususnya yang berkaitan kekurangan dan
kelebihan berat badan, maka mempertahankan berat badan normal memungkinkan
seseorang dapat mencapai usia harapan hidup lebih panjang. Indikator IMT/U
hampir sama dengan BB/PB atau BB/TB. Ketika melakukan interpretasi
resiko kelebihan berat badan, perlu mempertimbangkan berat badan orang tua.
Tabel
1. Ketegori IMT (WHO
2000)
Klasifikasi
|
BMI
(kg/m2)
|
Underweight
|
<18,50
|
-
Severe
thinness
-
Moderate
thinness
-
Mild
thinness
|
<16,00
16,00-16,99
17,00-18,49
|
Normal
|
18,50-24,49
|
Overweight
|
>25,00
|
-
Pre-obesitas
|
25,00-29,99
|
Obesitas
|
>30,00
|
-
Obesitas kelas I
-
Obesitas kelas II
-
Obesitas kelas III
|
30,00-34,99
35,00-39,99
>40,00
|
Tabel
2. Kategori IMT (IOTF,
WHO 2000, Penduduk Asia Dewasa)
Kategori
|
BMI
(kg/m2)
|
Risk
Of Co-morbidities
|
Underweight
|
<18,50
|
Rendah
(tetapi risiko terhadap masalah-masalah klinis lain meningkat
|
Normal
|
18,50-22,99
|
Rata-rata
|
Overweight
|
>23,00
|
|
At
Risk
|
23,00-24,99
|
Meningkat
|
Obese
I
|
25,00-29,99
|
Sedang
|
Obese
II
|
>30,00
|
Berbahaya
|
Sumber:
IOTF,WHO 2000,Penduduk Asia Dewasa
Tabel
3. Kategori IMT
(Riskesdas 2007)
Kategori
|
BMI
(kg/m2)
|
Kurus
|
<18,50
|
Normal
|
18,50-24,99
|
Berat
Badan Lebih
|
25,00-27,00
|
Obese
|
>27,00
|
Sumber: Rise Kesehatan
Dasar 2007
Berat badan normal adalah idaman bagi
setiap orang agar mencapai tingkat kesehatan yang optimal. Beberapa keuntungan
yang diberikan adalah penampilan baik, lincah dan risiko sakit rendah.(Arisman, 2002).
Indeks massa tubuh telah digunakan
dalam beberapa penelitian populasi internasional untuk menilai risiko penyakit
di antara orang dewasa. BMI meningkat jelas terkait dengan risiko yang lebih
tinggi dari tekanan darah tinggi, diabetes mellitus tipe 2, faktor risiko
kardiovaskular penyakit lainnya, dan mortalitas meningkat. Memang, risiko
relatif untuk faktor risiko penyakit kardiovaskular kejadian penyakit
kardiovaskular meningkat dinilai dengan peningkatan BMI pada semua kelompok
populasi. Selain itu, asosiasi antara gangguan muskuloskeletal, gangguan dalam
fungsi pernapasan dan fisik, dan kualitas hidup. Akibatnya, dalam studi
epidemiologi, BMI digunakan untuk mengetahui kelebihan berat badan atau
obesitas pada orang dewasa dan untuk memperkirakan risiko terkena penyakit.
Perluh diketahui bahwa anak yang pendekpun dapat mengalami kelebihan berat
badan. Maka perluh mempertahankan berat badan normal.
badan menggambarkan
jumlah protein, lemak, air dan mineral pada tulang. Pada remaja, lemak
cenderung meningkat dan protein otot menurun. Pada klien edema dan asites,
terjadi penambahan cairan dalam tubuh. Adanya tumor dapat menurunkan jaringan
lemak dan otot, khususnya terjadi pada orang Berat badan merupakan ukuran
antropometri terpenting dan paling sering digunakan pada bayi baru lahir (neonatus).
Digunakan
untuk mendiagnosa bayi normal atau BBLR (dibawah 2500 gram). Pada masa bayi
atau balita, berat badan dapat dipergunakan untuk melihat laju pertumbuhan
fisik maupun status gizi, kecuali terdapat kelainan klinis (dehidrasi, asites,
edema, atau adanya tumor). Dapat digunakan sebagai dasar perhitungan dosis obat
dan makanan. Berat perkembangan
tubuh yang baik maupun yang buruk. Berat badan merupakan suatu pencerminan dari
kondisi yang kekurangan gizi.
Penimbangan (berat badan) adalah
pengukuran antropometri yang umum digunakan dan merupakan kunci yang memberi
petunjuk nyata dari sedang berlaku dan ukuran yang paling baik mengenai
konsumsi kalori protein dan karbohidrat.
Alasan mengapa pengukuran berat badan merupakan pilihan utama:
- Parameter yang paling
baik, mudah terlihat perubahan dalam waktu singkat karena perubahan
konsumsi makanan dan kesehatan.
- Memberikan gambaran status gizi sekarang, jika
dilakukan periodik memberikan gambaran
pertumbuhan.
- Umum dan luas dipakai di Indonesia.
- Ketelitian pengukuran tidak banyak dipengaruhi
oleh keterampilan pengukur.
- KMS yang digunakan sebagai alat yang baik untuk
pendidikan dan memonitor kesehatan
anak menggunakan juga berat badan sebagai dasar pengisiannya.
- Karena masalah umur merupakan faktor penting
untuk penilaian status gizi, berat badan
terhadap tinggi badan sudah dibuktikan dimana-mana sebagai indeks yang tidak
tergantung pada umur.
- Alat ukur dapat
diperoleh di pedesaan dengan ketelitian tinggi dengan menggunakan dacin
yang juga sudah dikenal oleh masyarakat.
Penentuan berat badan dilakukan
dengan cara menimbang. Alat yang digunakan di lapangan sebaiknya memenuhi
beberapa persyaratan:6
a. Mudah digunakan dan dibawa dari suatu tempat ke
tempat yang lain.
b. Mudah diperoleh dan relatife murah harganya.
c. Ketelitian penimbangan sebaiknya maksimum 0,1
kg.
d. Skalanya mudah dibaca.
e. Cukup aman untuk
menimbang anak balita.
Tinggi
badan merupakan parameter paling penting bagi keadaan yang telah lalu dan
keadaan sekarang, jika umur tidak diketahui dengan tepat. Merupakan ukuran
kedua yang penting, karena dengan menghubungkan BB terhadap TB (quac stick)
factor umur dapat dikesampingkan.
C. WHR (Rasio lingkar pinggang dan
panggul)
Pengukuran rasio lingkar pinggang dan panggul yang menghasilkan indeks tinggi
harus memperhatikan penyebabnya karena simpanan lemak atau otot torso yang
berkembang. Jadi perlu diukur tebal lipatan kulit abdomen untuk mengetahuinya.
Tujuan pengukuran lingkar pinggang dan pinggul adalah untuk mengetahui resiko
tinggi terkena penyakit DM II, kolesterol, hipertensi, dan jantung. Lingkar
pinggang diukur di indentasi terkecil lingkar perut antara tulang rusuk dan
krista iliaka, subjek berdiri dan diukur pada akhir ekspirasi normal dengan
ketelitian 0,6 cm menggunakan pitameter. Lingkar pinggul diukupenonjolan
terbesar pantat, biasanya di sekitar pubic sympisis, subjek berdiri diukur
menggunakan pitameter dengan ketelitian 0,1 cm
Banyaknya lemak dalam perut menunjukkan ada beberapa perubahan metabolisme,
termasuk terhadap insulin dan meningkatnya produksi asam lemak bebas, dibanding
dengan banyaknya lemak bawah kulit pada kaki dan tangan. Perubahan metabolisme
memberikan gambaran tentang pemeriksaan penyakit yang berhubungan dengan
perbedaan distribusi lemak tubuh ukuran umur yang digunakan adalah rasio
lingkar pinggal-pinggul. Pengukuran lingkar pinggang dan lingkar pinggul harus
dilakukan oleh tenaga terlatih dan posisi pengukuran harus tetap, karena
perbedaan posisi pengukuran memberikan hasil yang beerbeda.
Suatu studi prospektif menunjukkan rasio pinggang-pinggul berhubungan dengan
penyakit kardiovaskular.7
Rumus Menghitung Nilai WHR:7
Tabel
4: Standar resiko penyakit degeneratif berdasarkan pengukuran WHR pada jenis
kelamin dan kelompok umur:
Jenis
kelamin
|
Kelompok
umur
|
Resiko
|
|||
Low
|
Moderate
|
High
|
Very
high
|
||
Pria
|
20-29
|
<
0,83
|
0,83-0,88
|
0,89-0,94
|
>
0,94
|
30-39
|
<
0,84
|
0,84-0,91
|
0,92-0,96
|
>
0,96
|
|
40-49
|
<
0,88
|
0,88-0,95
|
0,96-1,00
|
>
1,00
|
|
Wanita
|
20-29
|
<
0,71
|
0,71-0,77
|
0,78-0,82
|
>
0,82
|
30-39
|
<
0,72
|
0,72-0,78
|
0,79-0,84
|
>
0.84
|
|
40-49
|
<
0,73
|
0,73-0,79
|
0,80-0,87
|
>
0,87
|
Sumber.
Sirajuddin 2012.
D. % BODY FAT
Semua
pengukuran tebal lemak bawah kulit sebaiknya konsisten di sisi kanan badan dan
diukur tiga kali. Tebal lemak bawah kulit merupakan salah satu indeks
antropometri yang digunakan dalam pengukuran status indeks antropometri untuk
mengukur status gizi. Pengukuran tebal lemak bawah kulit biasanya digunakan
untuk memperkirakan jumlah lemak dalam tubuh. Persentase kandungan lemak tubuh
dapat dipakai untuk menilai status gizi dengan pengukuran tebal lemak bawah
kulit terdiri dari beberapa tempat, yakni trisep, bisep, subskapular,
suprailiaka, supraspinale, abdominal, paha depan, betis medial, dan mid
aksla.
Persentase body fat dapat diestimasi
dari skinfold menggunakan persamaan secara umum atau
kelompok tertentu.
Lemak dapat diukur secara absolut
(dalam kg) dan secara relatif (%) terhadap berat tubuh total. Jumlah lemak
tubuh sangat bervariasi ditentukan oleh jenis kelamin dan umur. Ketebalan
lipatan kulit adalah suatu pengukuran kandungan lemak tubuh karena sekitar
separuh dari cadangan lemak tubuh total terdapat langsung dibawah kulit.
Pengukuran tebal lipatan kulit merupakan salah satu metode penting untuk
menentukan komposisi tubuh serta presentase lemak tubuh dan tubuh untuk
menentukan status gizi cara antropometri.
Rumus menghitung tebal lemak
bawah kulit:
Laki-laki 18-27 tahun
Db =
1,0913 – 0,00116 (trisep + scapula)
% BF
= [(4,97/Db) – 4,52] x 100
Wanita 18-23 tahun
Db = 1,0897 – 0,00133 (trisep +
scapula)
% BF = [(4,76/Db) – 4,28] x 100
Tabel 3: Klasifikasi Standar Pengukuran Tebal Lemak Bawah Kulit:
Klasifikasi
|
Laki-laki
|
Wanita
|
Lean
|
<
8 %
|
<
13 %
|
Optimal
|
8
– 15 %
|
14
– 23 %
|
Slightly
overfat
|
16
– 20 %
|
24
– 27 %
|
Fat
|
21
– 24 %
|
28
– 32 %
|
Obesitas
|
25
%
|
33
%
|
Sumber. Sirajudin 2012.
E. LILA
Lingkar
lengan atas merupakan salah satu pilihan untuk penentuan status gizi, karena
mudah, murah dan cepat. Tidak memerlukan data umur yang terkadang susah
diperoleh. Memberikan gambaran tentang keadaan jaringan otot dan lapisan lemak
bawah kulit.
Lingkar lengan bawah diukur pada bagian
proksimal tidak lebih dari 6 cm dari radial. Lingkar paha diukur di bagian
paha, yaitu titik pertengahan antara titik paling proksimal tulang patella dan
titik pertengahan lipat paha. Titik tengah lipat paha ditentukan dengan jalan
menentukan terlebih dahulu letak SIAS ketika (subjek masih berdiri), dan
simfasis pubis. Lingkar betis dapat diukur baik dalam keadaan berdiri maupun
duduk. Jika subjek berdiri, berat badan harus tertumpu pada kedua kaki secara
merata, dan jarak kedua kaki sekitar 25 cm. Jika subjeknya duduk, kedua kaki
harus dijuntaikan. Pita pengukur kemudian dilingkarkan ke betis (tegak lurus
dengan aksis memanjang betis), dan diturun-naikkan untuk mencari diameter
terbesar. Hasil pengukuran ulang tidak boleh berbeda lebih dari 2 mm (Arisman,
2007).
Tabel 1: Ambang Batas Pengukuran LiLA:7
Klasifikasi
|
Batas Ukur
|
Wanita Usia Subur
|
|
KEK
|
< 23,5 cm
|
Normal
|
23,5 cm
|
Bayi Usia 0-30 hari
|
|
KEP
|
< 9,5 cm
|
Normal
|
9,5 cm
|
Balita
|
|
KEP
|
< 12,5 cm
|
Normal
|
12,5 cm
|
Sumber: Sirajuddin, 2012.
LiLA mencerminkan cadangan
energi, sehingga dapat mencerminkan:
1.
Status KEP pada balita
2. KEK
pada ibu WUS dan ibu hamil: risiko lahir bayi BBLR
Kelemahan dari pengukuran LILA:
- Baku
LLA yang sekarang digunakan belum mendapat pengujian yang memadai untuk digunakan
di Indonesia.
- Kesalahan
pengukuran relatif lebih besar dibandingkan pada TB.
- Sensitif
untuk suatu golongan tertentu (prasekolah), tetapi kurang sensitif untuk golongan
dewasa.
BAB
III
METODE
PRAKTIKUM
A.TEMPAT
DAN WAKTU PRAKTIKUM
Praktikum
ini dilaksanakan di Laboratorium Terpadu Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin
pada hari Senin tanggal 24 Juni 2013 pada pukul 09.00 sampai selesai.
B. ALAT DAN BAHAN
Adapun alat yang digunakan pada
praktikum ini adalah timbangan digital,
microtoice, pita
LILA, alat ukur lutut, pita circumference,
dan skinfold caliper
C.
Prosedur Kerja
1. Berat
badan
a.
Digunakan pakaian biasa
(usahakan dengan pakaian minimal), subjek tidak menggunakan alas kaki.
b.
Dikalibrasi alat yang
akan digunakan sebelum pengukuran.
c.
Dipastikan timbangan
berada pada penunjukkan skala dengan angka 0,0.
d.
Subjek berdiri di atas
timbangan dengan berat yang tersebar merata pada kedua kaki dan posisi kepala
dengan pandangan lurus ke depan diusahakan tetap tenang.
e.
Dibaca berat badan
dengan tampilan skala 0,1 kg terdekat.
2.Tinggi badan
a.
Diposisikan subjek
tetap di bawah mikcrotoice denga tidak mengenakan alas kaki
b.
Kaki rapat, lutut
lurus, tumit, pantat, dan bahu menyentuh dinding vertikal.
c.
Subjek dengan pandangan
lurus ke depan, kepala tidak perlu menyentuh dinding vertikal. Tangan lepas ke
samping badan dengan telapak tangan mengahadap paha.
d.
Diminta subjek untuk
menarik nafas panjang dan berdiri tegak tanpa mengangkat tumit untuk membantu
menegakkan tulang belakang usahakan bahu tetap santai .
e.
Ditarik mikcrotoice hingga menyentuh ujung
kepala, dipegang secara horizontal. Pengukuran tinggi badan di ambil pada saat
menarik nafas maksimum. Dengan mata pengukur sejajar dengan alat penunjuk angka
untuk menghindari kesalahan penglihatan . catatan tinggi badan pada skala 0.1
cm terdekat.
1. Penentuan
Rasio Lingkar Pinggang dan Lingkar Panggul (WHR)
a.
Lingkar Pinggang
1) Subjek
menggunakan pakaian yang longgar (tidak menekan) sehingga alat ukur dapat di
letakkan dengan sempurna. Sebaiknya pita
pengukur tidak berada di atas pakaian yang di gunakan.
2) Subjek
berdiri tegak dengan perut dalam keadaan
yang relaks
3) Diukur
menghadap ke subjek dan diletakkan alat ukur melingkar pinggang secara
horizontal dimana merupakan bagian yang paling kecil dari tubuh. Seorang
pembantu di perlukan untuk meletakkan alat ukur dengan tepat. Bagi mereka yang
gemuk, dimana sukar ditentukan bagian yang paling kecil, daerah yang harus di
ukur adalah antara tulang rusuk dan tonjolan iliaca.
4) Dilakukan
pengukuran diakhir dari eksperesi yang normal, dan alat ukur tidak menekan
kulit.
5) Dibaca
dengan teliti hasil pengukuran pada pita hingga 0,1 cm terdekat.
b.
Lingkar panggul
1) Subjek
mengenakan pakaian yang tidak terlalu menekan
2) Subjek
berdiri tegak dengan kedua lengan berada pada kedua sisi tubuh dan kaki rapat
3) Pengukur
jongkok di samping subjek sehingga tingkat maksimal dari panggul terlihat
4) Dilingkarkan
Alat pengukur secara horizontal tanpa menekan kulit. Seorang pembantu di
perlukan untuk mengatur posisi alat ukur pada sisi lainnya
5) Dibaca
dengan teliti hasil pengukuran pada pita hingga 0,1 cm terdekat
2.
Pengukuran Lingkar
Perut
Pengukuran lingkar perut di lakukan
untuk mengetahui ada tidaknya obesitas abdominal/sentral. Jenis obesitas ini
sangat berpengaruh terhadap kejadian penyakit kardiovaskular dan diabetes
melllitus.
Cara Pengukuran Lingkar perut :
a. Untuk
pengukuran ini responden di minta dengan cara yang satuan untuk membuka pakaian
bagian atas dan raba tulang rusuk terakhir responden untuk ditetapkan titik
pengukuran.
b. Ditetapkan
titik batas tepi tulang rusuk paling bawah.
c. Ditetapkan
titik ujung lengkung tulang pangkal paha /panggul.
d. Ditetapkan
titik tengah diantara titik tulang rusuk terakhir titik ujung lengkung tulang
pangkal paha /panggul dan tandai titik tengah tersebut dengan alat tulis.
e. Diminta
responden untuk berdiri tegak dan bernafas dengan normal (ekspirasi normal).
f. Dilakukan
pengukuran lingkar perut dimulai/diambil dari titik tengan kemudian secara
sejajar horizontal melingkari pinggang dan perut kembali menuju titik tengah di
awal pengukuran.
g. Apabila
responden mempunyai perut yang gendut kebawah , pengukuran mengambil bagian
yang paling buncit lalu terakhir pada titik tengah tersebut lagi.
3. Pengukuran
Lingkar Lengan Atas (LILA)
a. Ditentukan
titik mid point pada lengan
1) Subjek
diminta untuk berdiri tegak
2) Diminta
subjek untuk membuka lengan pakaian yang menutupi lengan kiri atas (bagi yang
kidal gunakan lengan kanan).
3) Ditekukan
subjek 90, dengan telapak tangan dihadap keatas. Pengukur berdiri di belakang
subjek dan ditentukan titik tengah antara tulang atas pada bahu kiri dan siku .
4) Ditandai
titik tengah tersebut dengan pena
b. Mengukur
Lingkar Lengan Atas
1) Dengan
tangan digantung lepas dan siku lurus di samping badan, telapak tangan dihadapkan
ke bawah
2) Diukur
lingkar lengan atas pada posisi mid point dengan pita LILA ditempel pada kulit
. Diperhatikan jangan sampai pita menekan kulit atau ada rongga antara kulit
dan pita
3) Lingkar
lengan atas di catat pada skala 0,1 cm terdekat.
4.
Menentukan Tebal
Lipatan Kulit ( TLK)
a.
Ibu jari dan jari
telunjuk dari tangan kiri digunakan untuk mengangkat kedua sisi dari kulit
lemak subkutan kurang lebih 1 cm proximal dari daerah yang diukur.
b.
Dilipatan kulit di
angkat pada jarak kurang lebih 1 cm yang tegak lurus arah garis kulit.
c.
Dilipatan kulit tetap
di angkat sampai pengukuran selesai.
d.
caliper
di pegang oleh tangan kanan.
e.
Dilakukan pengukuran
dalam 4 detik setelah penekanan kulit oleh kapiler di lepas
1) Mengukur
TLK pada Tricep
a. Subjek
berdiri dengan kedua lengan tergantung bebas pada kedua sisi tubuh.
b. Dilakukan
pengukuran pada mid point (sama seperti LILA).
c. Pengukur
berdiri dibelakang subjek dan diletakkan telapak tangan kirinya pada bagian
lengan yang paling atas kearah tanda yang telah di buat dimana ibu jari dan
jari telunjuk dihadapkan ke bawah. Tricept
skinfold diambil dengan menarik pada
1 cm dari proximal tanda titik tengah tadi.
d. Tricept skinfold
di ukur dengan mendekati 0,1 mm.
2) Mengukur
TLK pada subscapular
a. Subjek
berdiri tegak dengan kedua lengan tergantung bebas pada kedua sisi tubuh.
b. Diletakkan
tangan kiri ke belakang.
c. Didapatkan
tempat pengukuran, pemeriksa meraba scapula dan mencarinya kearah bawah lateral
sepanjang batas vertebrata sampai menentukan sudut bawah scapula.
d. Subscapular skinfold
di tarik dalam arah diagonal (infero-lateral) kurang lebih 45 ke arah
horizontal garis kulit. Titik scapula terletak pada bagian bawah sudut
scapula .
e. Capiler
di letakkan 1 cm infero-lateral dari ibu jari dan jari telunjuk yang mengangkat
kulit dan subkutan kulit di ukur mendekati 0,1 mm.
BAB
IV
HASIL
DAN PEMBAHASAN
A. HASIL
Pada
subbab perhitungan ini, hanya ditampilkan perhitungan pada perorangan sebagai
contoh model perhitungan untuk setiap parameter antropometri yang membutuhkan
perhitungan.
1. Menentukan Indeks Massa
Tubuh (IMT)
Dik:
BB= 55 kg
TB=1,56
m
Dit: IMT....?
Pnye:
= 22,6kg/m2
2. WHR
Dik: L.Pi= 71
L.Pa= 90
Dit: WHR...?
Peny:
= 0,78
3. TLK
Dik: Trisep = 12
Scapula= 17
Dit: Db...?
Peny: Db = 1,0913 – 0,00116 (Strisep+scapula)
= 1,0913 – 0,00116 (12+17)
= 1,0913 – 0,00116 (29)
= 1,05766
4. %BF
Dik:
Db = 1,05998
Dit:
%BF...?
Peny: %BF= [(4,97/Db)-4,52] x 100
= [(4,68/1,05766)-4,52] x 100
= 17%.
5. Tinggi Lutut
= 3,16.
B. PEMBAHASAN
Pada praktikum ini dilakukan penilaian status gizi seseorang secara antropometri. Percobaan ini dilakukan secara
berkelompok dimana masing-masing praktikan saling mengukur satu sama lain, dan
yang akan dibahas di bawah ini merupakan penilaian status gizi secara pribadi.
Percobaan yang dilakukan dalam penilaian status gizi secara antropometri ini
dibagi menjadi dua tahap. Tahap yang pertama yaitu mengukur berat badan, tinggi
badan, dan tinggi lutut. Dari ketiga pengukuran tersebut, kita bisa melakukan
perhitungan Indeks Massa Tubuh (IMT) dan menentukan tinggi badan berdasarkan
tinggi lutut. Tahap yang kedua yaitu mengukur lingkar pinggang, lingkar
panggul, tebal lipatan kulit, dan lingkar lengan atas. Dari keempat pengukuran tersebut, kita bisa melakukan
perhitungan WHR (Waist to Hip Ratio) dan % BF (Body Fat). Dengan
pengukuran-pengukuran yang dilakukan kita dapat mengetahui status gizi yang
kita miliki.
1.
Indeks
Masa Tubuh ( IMT)
Indeks massa
tubuh (IMT) adalah nilai yang diambil dari perhitungan antara berat badan (BB) dan tinggi badan (TB)
seseorang. IMT dipercayai dapat menjadi
indikator atau mengambarkan kadar adipositas dalam tubuh seseorang.
Berdasarkan hasil pengukuran dan
dihubungkan dengan standar Nilai Ambang Batas IMT ( WHO 2000) maka dapat dilihat bahwa pengukuran IMTnya
adalah 19,8 maka hasil berada dalam kisaran normal.
Masalah
kekurangan dan kelebihan gizi merupakan masalah yang sangat penting karena
dapat memicu terjadinya penyakit degeneratif. Berat badan yang kurang pada
wanita usia subur memungkinkan melahirkan bayi berat badan lahir rendah (
BBLR). Sedangkan berat badan lebih dapat memicu penyakit degeneratif seperti
jantung, kolestrol, obesitas dsb.
2.
Rasio
Lingkar Pinggang dan Panggul ( WHR )
Berdasarkan
hasil pengukuran dan kemudian disesuaikan dengan kriteria WHR (wanita umur
20-29 tahun dan laki-laki dengan umur 20-29
tahun ), maka dapat dilihat bahwa pengukuran status gizi dengan WHR adalah: 0,74
maka hasil pengukuran termasuk dalam kategori low.
Tingginya WHR mengindikasikan
banyaknya lemak di daerah seputar pinggang. Sebaliknya WHR yang rendah
mengindikasikan timbunan lemak lebih banyak di daerah sekitar pinggul. Berdasarkan
hasil penelitian, ternyata wanita dengan WHR tinggi, baik itu yang
bertubuh gemuk atau pun yang kurus sekalipun, ternyata lebih rentan terserang
stres.
Ukuran lingkar pinggang lebih besar
(merefleksikan lemak abdomen) sangat
berbahaya, lingkar pinggul
lebih
besar dapat memberikan perlindungan terhadap penyakit kardiovaskuler.
Rasio lingkar pinggang dan pinggul
adalah
cara penilaian obesitas terbaik untuk mengukur risiko serangan jantung. Itu
kesimpulan penelitian global ilmuwan dari Universitas McMaster, Kanada, yang
dipublikasikan dalam jurnal The Lancet
terbaru. Jika obesitas ditentukan dengan menggunakan rasio lingkar
pinggang dan pinggul. selain
memakai indeks masa tubuh , maka orang berisiko mengalami serangan
jantung meningkat tiga kali lipat.
Hasil pemeriksaan di laboratorium
menunjukkan bahwa sekresi kortisol yang mereka lakukan lebih banyak
dibandingkan para wanita yang memiliki WHR rendah. Hasil penelitian yang dipublikasikan dalam
jurnal Psychosomatic Medicine edisi September/Oktober itu lebih jauh
mengungkapkan bahwa tinggnya WHR pada wanita bertubuh kurus dengan yang
kegemukan tentu saja memiliki sebab yang berbeda. Secara psikologis, wanita kurus dengan WHR
tinggi umumnya adalah mereka yang tengah mengalami stres.
"Bagi yang bertubuh kurus, lemak di
sekitar perut bisa menjadi indikasi dari pengaruh stress. Banyak faktor dibalik
tingginya kortisol sebagai penyebab bertimbunnya lemak di sekitar perut. Selain hormon, merokok, mengkonsumsi alkohol,
serta malasnya berolahraga dapat meningkatkan tingkat kortisolnya. Sementara itu, tidur yang cukup serta rajin
berolahraga dapat menurunkan tingkat kortisol serta lemak di sekitar perut.
3.
Rasio
Lingkar Perut
Dari hasil pengukuran antropometri pada lingkar perut adalah 68,6 maka
hasil tersebut dikatakan normal. Ukuran
lingkar perut yang baik yaitu tidak lebih dari 90 cm untuk laki-laki dan tidak
lebih dari 80 cm. Dampak pada munculnya berbagai penyakit degeneratif. Obesitas sentral berhubungan dengan peningkatan sindrom metabolic, aterosklerosis, penyakit kardiovaskuler, diabetes tipe 2, batu
empedu, gangguan fungsi pulmonal,
hipertensi dan dislipidemia
4.
Body Fat (%)
Body
Fat (Kadar Lemak Tubuh) adalah presentase berat lemak total dalam tubuh
terhadap berat badan dan merupakan indicator kesehatan. Kadar Lemak yang
berlebihan sangat beresiko terhadap berbagai penyakit. Mengurangi kelebihan
lemak tubuh dapat mengurangi secara nyata resiko penyakit degeneratif, seperti
hipertensi, jantung, diabetes, stroke, dan kanker. Body Fat (%) adalah
persentase kadar lemak di dalam tubuh seseorang dibandingkan dengan berat tubuh
keseluruhan.
Berdasarkan
hasil pengukuran tricep dan subscapula yang disesuaikan dengan standar
klasifikasi laki-laki dan wanita maka dapat diketahui bahwa pengukuran %BF adalah 20, maka di katakan normal.
% body fat yang berada di
atas normal dapat memberikan risiko kesehatan yang lebih
tinggi. perubahan dalam lingkar
pinggang menggambarkan
perubahan faktor risiko penyakit kardiovaskular dan penyakit-penyakit
kronik lainnya.
Ada
cara untuk menyingkirkan lemak dan meningkatkan metabolisme tubuh dan cara itu
bisa jadi merupakan satu-satunya cara terbaik untuk memperoleh hasil efektif.
Klein dan Labrada menyarankan agar menambah frekuensi makan, tentunya makanan
berkomposisinya seimbang, dan bukan menjadi kelaparan untuk menghilangkan
lemak. Ini untuk mencegah agar tidak berdiet mati-matian.
Hal
yang harus selalu diingat: mengurangi jumlah kalori dan meningkatkan aktivitas
olah raga akan membuat tubuh mencuri massa otot untuk mengambil cadangan
energinya. Jangan mengulangi kesalahan di atas bila ingin menghilangkan lemak,
karena hasilnya lemak tubuh akan bertambah.
Berkurangnya
massa otot harus diwaspadai, karena itu berarti kecepatan metabolisme tubuh
juga berkurang. Menurunnya metabolisme dapat membuat kita tiap tahun bertambah
berat badan lima kg, meskipun mengkonsumsi porsi kalori yang sama seperti
biasanya.
Banyaknya
kalori yang dikonsumsi berperan penting dalam peningkatan metabolisme tubuh.
Tubuh secara otomatis akan melambatkan metabolisme bila kalori yang masuk
berkurang. Ini merupakan tehnik bertahan hidup manusia ketika kelaparan.
Menurut
goulding A (2003), menetapkan dalam penenelitiannya adalah kami menetapkan
bahwa wanita berusia 4-5 tahun relatif tinggi adipositas cenderung
mempertahankan lintasan jauh lebih tinggi keuntungan lemak, dibandingkan anak
perempuan yang lebih ramping pada awal. Namun demikian, adalah meyakinkan untuk
dicatat bahwa tidak setiap anak dengan tinggi adipositas awal memperoleh
sejumlah besar lemak. Dengan demikian, meskipun memburuk adipositas lebih
mungkin sebagai kemajuan masa kanak-kanak, maka bukan merupakan konsekuensi tak
terelakkan dari memiliki lemak tinggi Persentase pada 5 y usia. Apakah atau
tidak adipositas yang berlebihan menjadi lebih parah dari waktu ke waktu akan
tergantung pada keseimbangan setiap anak mencapai antara asupan energi dan
mereka pengeluaran energi. Pengukuran longitudinal kami menunjukkan bahwa anak
perempuan dari kelompok persentase lemak rendah adalah mendapatkan rata-rata 2
g lemak per hari, sedangkan yang dari Persentase kelompok lemak tinggi
yang mengumpulkan sekitar 6 gram lemak sehari-hari.
5.
LILA
Lingkar
Lengan Atas (LILA) merupakan salah satu pilihan untuk penentuan status gizi, karena
mudah dilakukan dan tidak memerlukan alat-alat yang sulit diperoleh dengan
harga yang lebih murah. Beberapa hal yang perlu mendapat perhatian pada
pengukuran ini adalah : (Supariasa, 2001:46-48)
a.
Baku Lingkar Lengan
Atas (LILA) yang sekarang digunakan belum mendapat pengujian yang memadai untuk
digunakan di Indonesia. Hal ini didasarkan pada hasil-hasil penelitian yang
umumnya menunjukkan perbedaan angka prevalensi Kekurangan Energi Protein (KEP)
yang cukup berarti antar penggunaan LILA di satu pihak dengan berat badan
menurut umur atau berat badan menurut tinggi badan maupun indeks-indeks lain di
pihak lain, sekalipun dengan LILA
b.
Kesalahan pengukuran
pada LILA (pada berbagai tingkat keterampilan pengukur) relatif lebih besar
dibandingkan dengan tinggi badan, megingat batas antara baku dengan gizi
kurang, lebih sempit pada LILA dari pada tinggi badan. Ini berarti kesalahan
yang sama besar jauh lebih berarti pada LILA dibandingkan dengan tinggi badan
c.
Lingkar lengan atas
sensitif untuk semua golongan tertentu (prasekolah) tetapi kurang sensitif pada
golongan lain terutama orang dewasa. Tidak demikian halnya dengan berat badan.
Dari
hasil pengamatan pengukuran Lingkar Lengan Atas ( LILA) adalah :24,3 maka dalam
kategori normal. Kekurangan Energi Kronis (KEK) adalah keadaan di mana
seseorang mengalami kekurangan gizi (kalori dan protein) yang berlangsung lama
atau menahun. Risiko Kekurangan Energi Kronis (KEK) adalah keadaan di mana
seseorang mempunyai kecenderungan menderita KEK. Seseorang dikatakan menderita
risiko KEK bilamana LILA(Lingkar Lengan Atas) <23,5 cm (Chinue, 2009). LILA
adalah suatu cara untuk mengetahui risiko Kekurangan Energi Kronis (KEK) wanita
usia subur termasuk remaja putri. Pengukuran LILA tidak dapat digunakan untuk
memantau perubahan status gizi dalam jangka pendek. Status gizi yang buruk
(KEK) sebelum dan selama xviii kehamilan akan menyebabkan ibu melahirkan bayi
dengan berat badan lahir rendah. Di
samping itu, akan mengakibatkan anemia pada bayi baru lahir, mudah terinfeksi,
abortus terhambatnya pertumbuhan otak janin (Supariasa, 2002).
Ibu KEK adalah ibu yang mempunyai
kecenderungan menderita KEK. Untuk memastikan seorang ibu berisiko KEK, maka
ibu tersebut perlu diperiksa LILA dan
Indeks Masa Tubuh (IMT) sebelum hamil. Ibu yang mempunyai ukuran LILA
<23,5 cm dan IMT( Indeks Masa Tubuh merupakan hasil pembagian berat badan
dalam kg dengan kuadrat tinggi badan dalam meter) < 17,0 beresiko terkena
KEK (As’Ad, 2002).
Tindakan
pencegahan KEK yang berkaitan dengan konsumsi energi adalah mengkonsumsi
makanan yang bervariasi dan cukup mengandung kalori dan protein termasuk makanan pokok seperti nasi, ubi dan
kentang setiap hari dan makanan yang mengandung protein seperti daging, ikan,
telur, kacang-kacangan atau susu sekurang-kurangnya sehari sekali. Minyak dari
kelapa atau mentega dapat ditambahkan pada makanan untuk meningkatkan pasokan
kalori (Chinue, 2009).
Kondisi
KEK pada ibu hamil harus segera ditindaklanjuti. Pemberian makanan tambahan
yang tinggi kalori dan tinggi protein dan dipadukan dengan penerapan porsi
kecil tetapi sering, faktanya memang berhasil menekan angka kejadian BBLR di
Indonesia. Penambahan 200 – 450 Kalori dan 12 – 20 gram protein dari kebutuhan
ibu adalah angka yang mencukupi untuk memenuhi kebutuhan gizi janin. Meskipun
penambahan tersebut secara nyata (95%) tidak akan membebaskan ibu dari kondisi
KEK, bayi dilahirkan dengan berat badan normal ( Chinue, 2009).
Menurut
Nega Assefa1,dkk (2012), menyatakan bahwa LLA pada ibu yang kurang dari 23cm
dianggap menjadi tanda miskin nutrisi. LLA tidak berbeda jauh selama kehamilan
dan karena itu merupakan langkah yang tepat status gizi daripada BMI atau berat
badan. Bayi yang lahir dari ibu yang miskin, gizi, kekerasan fisik dialami
selama kehamilan akan mengalami BBLR. Dalam komunitas ini sebagian besar miskin
di mana cakupan ANC rendah, untuk mengurangi kejadian BBLR, adalah penting
untuk meningkatkan akses untuk perawatan kesehatan ibu. Keterlibatan suami dan
masyarakat luas untuk mencari tindakan kolektif pada BBLR sangat penting
BAB
V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Adapun
hasil dari percobaan yang telah dilakukan dapat dilihat sebagai berikut :
1. Berdasarkan
hasil pengukuran dan dihubungkan dengan standar Nilai Ambang Batas IMT ( WHO 2000)
maka dapat dilihat bahwa pengukuran IMTnya adalah 19,8 maka hasil berada
dalam kisaran normal.
2. Berdasarkan
hasil pengukuran dan kemudian disesuaikan dengan kriteria WHR (wanita umur
20-29 tahun dan laki-laki dengan umur
20-29 tahun ), maka dapat dilihat bahwa pengukuran status gizi dengan WHR
adalah: 0,74 maka hasil pengukuran termasuk dalam kategori low.
3. Dari
hasil pengamatan pengukuran Lingkar Lengan Atas ( LILA) adalah :24,3 maka dalam
kategori normal.
4. Berdasarkan pengukuran lingkar perut
dengan hasil pengukuran 64,5 cm,responden tidak mengalami obesitas
karena lingkar perutnya < 80 cm
. 5. Berdasarkan
perhitungan persentaseBody Fat (%BF), resonden berada
padaklasifikasi
optimal dengan nilai 23,1 %.
B. Saran
Adapun saran yang dapat
kami berikan yaitu sebagai berikut:
1. Diharapkan
dalam memberikan pengarahan dalam pelaksanaan praktiukum pengajar harus
mengatur tempo pembicara.
2. Sebaiknya
peralatan lebih diperbanyak lagi karena dibandingkan dengan jumlah praktikum, alat yang disediakan sangat minim.
3.
Sebaiknya asisten lebih menjelaskan secara rinci tentang mekanisme pengukuran
antropometri agar praktikan tidak kewalahan dalam melakukanpengukuran.
DAFTAR PUSTAKA
Supariasa, Nyoman. 2001. Penilaian Status Gizi. Jakarta: EGC
Sirajuddin, Saifuddin. 2011. Penuntun Praktikum Penilaian Status Gizi Secara Biokimia dan
Antropometri. Makassar: Laboratorium Terpada Fakultas kesehatan Masyarakat
Universitas hasanuddin.
Gibson 2005. Tinjauan Pustaka
LILA. (Online) http://www.scribd.com/doc/46253718/Tinjauan-Pustaka-Lila-Antropo-Dsb (Diakses pada tanggal 2 Agustus 2012)
Supariasta Nyoman Dewa
I. 2001. Penilaian Status Gizi. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta
Supariasa,2001. Penilaian
Status Gizi Dalam Antropometri.(Online) http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/25638/4/Chapter%20II.pdf (diakses pada tanggal 2
Agustus 2012)
Sutalaksana,1996.
. Bio Kimia Harper. Buku Kedokteran EGC.Jakarta.
Chinue,
2009 Perhitungan
Kebutuhan Gizi. Malang.
Supariasta Nyoman Dewa
I. 2001. Penilaian Status Gizi. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta
Assefa, N,. Berhane, Y. & Worku,
A. (2012). “Wealth Status, Mid Upper Arm Circumference (MUAC) and
Antenatal Care (ANC) Are Determinants for Low Birth Weight
Goulding,
A., Taylor, RW., Jones, IE., Barned, N.L., & Williams, SM. (2003). Body
composition of 4- and 5-year-old New Zealand girls: a DXA study of initial
adiposity and subsequent 4-year fat change International Journal of Obesity
(2003) 27, 410–415.
posting nya sangat membantu saya
BalasHapusTerima kasih...
BalasHapusTerima kasih...
BalasHapusmakasih bangettt!!!
BalasHapusterimakasih
BalasHapusTerimakasih
BalasHapusPengakuan tulus dari: FATIMAH TKI, kerja di Singapura
BalasHapusSaya mau mengucapkan terimakasih yg tidak terhingga
Serta penghargaan & rasa kagum yg setinggi-tingginya
kepada KY FATULLOH saya sudah kerja sebagai TKI
selama 5 tahun Disingapura dengan gaji Rp 3.5jt/bln
Tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari
Apalagi setiap bulan Harus mengirimi Ortu di indon
Saya mengetahui situs KY FATULLOH sebenarnya sdh lama
dan jg nama besar Beliau
tapi saya termasuk orang yg tidak terlalu yakin
dengan hal gaib. Karna terdesak masalah ekonomi
apalagi di negri orang akhirnya saya coba tlp beliau
Saya bilang saya terlantar disingapur
tidak ada ongkos pulang.
dan KY FATULLOH menjelaskan persaratanya.
setelah saya kirim biaya ritualnya.
beliau menyuruh saya untuk menunggu
sekitar 3jam. dan pas waktu yg di janjikan beliau menghubungi
dan memberikan no.togel "8924"mulanya saya ragu2
apa mungkin angka ini akan jp. tapi hanya inilah jlnnya.
dengan penuh pengharapan saya BET 200 lembar
gaji bulan ini. dan saya benar2 tidak percaya & hampir pingsan
angka yg diberikan 8924 ternyata benar2 Jackpot….!!!
dapat BLT 500jt, sekali lagi terima kasih banyak KY
sudah kapok kerja jadi TKI, rencana minggu depan mau pulang
Buat KY,saya tidak akan lupa bantuan & budi baik KY.
Demikian kisah nyata dari saya tanpa rekayasa.
Buat Saudaraku yg mau mendapat modal dengan cepat
~~~Hub;~~~
Call: 0823 5329 5783
WhatsApp: +6282353295783
Yang Punya Room Trimakasih
----------