Jumat, 28 Juni 2013

ANTROPOMETRI GIZI

BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang
 Antropometri adalah ilmu yang mempelajari berbagai ukuran tubuh manusia.Dalam bidang ilmu gizi digunakan untuk menilai status gizi. Ukuran yang sering digunakan adalah berat badan dan tinggi badan. Selain itu juga ukuran tubuhlainnya seperti lingkar lengan atas, lapisan lemak bawah kulit, tinggi lutut,lingkaran perut, lingkaran pinggul. Ukuran-ukuran antropometri tersebut bisaberdiri sendiri untuk menentukan status gizi dibanding baku atau berupa indeksdengan membandingkan ukuran lainnyaseperti BB/U, BB/TB. TB/U (Sandjaja,dkk., 2010).
Secara umum antropometri artinya ukuran tubuh manusia. Ditinjau darisudut pandang gizi, maka antropometri gizi berhubungan berbagai macampengukuran dimensi tubuh dan komposisi dari berbagai tingkat umur dan tingkatgizi (Supariasa, dkk., 2001).
Antropometri merupakan bidang ilmu yang berhubungan dengan dimensitubuh manusia. Dimensi-dimensi ini dibagi menjadi kelompok statistika danukuran persentil. Jika seratus orang berdiri berjajar dari yang terkecil sampaiterbesar dalam suatu urutan, hal ini akan dapat diklasifikasikan dari 1 percentilesampai 100 persentil. Data dimensi manusia ini sangat berguna dalamperancangan produk dengan tujuan mencari keserasian produk dengan manusiayang memakainya (Nugroho, 2002).
Di masyarakat, cara pengukuran status gizi yang paling sering digunakanadalah antropometri gizi. Dewasa ini dalam program gizi masyarakat, pemantauanstatus gizi anak balita menggunakan metode antropometri,sebagai cara untuk menilai status gizi. Di samping itu pula dalam kegiatan penapisan status gizimasyarakat selalu menggunakan metode tersebut (Supariasa, dkk., 2001).
Penyakit infeksi dan kekurangan gizi terlihat kurang, kemakmuran ternyatadiikuti oleh perubahan gaya hidup. Pola makan terutama di perkotaan bergeserdari pola makan tradisional yang banyak mengkonsumsi karbohidrat, sayuran  makanan berserat ke pola makan masyarakat barat yang komposisinya terlalubanyak mengandung lemak, protein, gula, garam tetapi miskin serat. Sejalandengan itu setahun terakhir ini mulai terlihat peningkatan angka prevalensikegemukan/obesitas pada sebagian penduduk perkotaan, yang diikuti pula padaakhir-akhir ini di pedesaan (Asmayuni, 2007).
Perhatian utama adalah mempersiapkan dan meningkatkan kualitas penduduk usia kerja agar benar-benar memperoleh kesempatan serta turut berperan danmemiliki kemmpuan untuk ikut dalam upaya pembangunan. Salah satu upayapenting untuk mewujudkan hal tersebut adalah pembangunan di idang kesehatandan gizi. Antropometri sebagai teknik yang mula-mula dikembangkan dikalanganantropolog biologis, kini aplikasinya menyentuh berbagai bidang antara lainkedokteran, olahraga, antropologigizi, keperawatan, dan pediatric dalam ilmupertumbuhan anak. Antropolog seperti Tanner, Bogin, Boucher, Malina, danUlijaszek mengembangkan teknik antropometri yang dihubungkan dengan teoripertumbuhan manusia dari intra-uterine sampai adolesentia akhir (sekitar 20tahun) (Barasi, 2008).
Aplikasi antropometri sebagai metode bioantropologi ke dalam kedokteranmanjadi bermakna apabila disertai latar belakang teori yang adekuat tentangpertumbuhan. Berdasarkan tujuan penelitian pengukuran antropometri, setidak-tidaknya ada lima hal penting yang mewakili tujuan pengukuran yaitu mengetahuikekern otot, kekekaran tualng, ukuran tubuh secara umum, panjang tungkai danlengan, serta kandungan lemak tubuh di ekstremitas dan di torso. Dalampemakaian untuk penilaian status gizi, antropometri disajikan dalam bentuk indeks, misalnya berat badan menurut umur (BB/U), tinggi badan menurut umur(TB/U) atau berat badan menurut tinggi badan (BB/TB), lingkar lengan atasmenurut umur (LLA/U) dan sebagainya (Barasi, 2008).Karena antropometri sebagai indikator penilaian status gizi yang palingmudah yang dapat dilakukan dengan mengukur beberapa parameter, antara lain:umur, berat badan, tinggi badan, lingkar lengan atas, lingkar kepala, lingkar dada,lingkar pinggul dan tebal lemak di bawah kulit. Oleh karena itu, untuk mengetahuistatus gizi seseorang, maka dilakukan pengukuran antropometri ini

B.       Tujuan Praktikum
1.      TujuanUmum
Untuk mengetahui Penilaian status gizi secara antropometri
2.      TujuanKhusus
1.      Untuk mengetahui pengukuran Indeks Massa tubuh (IMT)
2.      Untuk mengetahui pengukuran Rasio Lingkar Pinggang dan Panggul (WHR)
3.      Untuk mengetahui pengukuran Rasio lingkar perut
4.      Untukmengetahuiestimasitinggibadanberdasarkantinggilutut.
5.      Untuk mengetahui pengukuran Tebal lipatan kulit (% body fat)
6.      Untuk mengetahui pengukuran lingkar lengan atas (LILA).
C.    Prinsip Percobaan
1.      Untuk pengukuran berat badan dan tinggi badan  dilakukan tanpa mengenakan alas kaki
2.      Timbangan berada pada penunjukan skala 0,0
3.      Membuka pakaian ketika pengukuran LILA, Tricep, dan Bisep



















BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A.   Penentuan Status Gizi
Status gizi adalah ekspresi dari keseimbangan dalam bentuk variabel-variabel tertentu.  Status gizi juga merupakan akibat dari keseimbangan antara konsumsi dan penyerapan zat gizi dan penggunaan zat-zat gizi tersebut atau keadaan fisiologik akibat dari tersedianya zat gizi dalam seluruh tubuh (Supariasa, 2002).     
 Antropometri merupakan salah satu metode yang dapat digunakan untukmenilai status gizi. Secara umum antropometri diartikan sebagai ukuran tubuh,ditinjau dari sudut gizi maka antropometri ditinjau dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi. Antropometri sangat umum digunakan untuk mengukur status gizi untuk berbagai ketidak seimbangan antara asupan energi dan protein (Gibson 2005).
Pertumbuhan dan perkembangan mencakup dua peristiwa yang statusnya berbeda, tetapi saling berkaitan dan susah dipisahkan. Pertumbuhan (growth) berkaitan dengan perubahan dalam besar, jumlah, ukuran dan fungsi tingkatsel, organ maupun individu, yang diukur dengan ukuran berat (gram, pound,kilogram), ukuran panjang (cm, meter), umur tulang dan keseimbanganmetabolik (Suparasia, dkk., 2001).
  Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan (skill) dalam struktur dan fungsi tubuh   yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapatdiramalkan sebagai hasil proses pematangan. Pertumbuhan terbagi atas duayaitu pertumbuhan linier dan massa jaringan dimana kedua jenis pertumbuhantersebut merupakan ukuran antropometri gizi. Pertumbuhan linier misalnyatinggi badan (TB), lingkar dada, dan lingkar kepala sedangkan pertumbuhanmassa jaringan yaitu berat badan, lingkar lengan atas (LILA) dan tebal lemak di bawah kulit (TLK). Antropometri sangat umum digunakan utuk mengukur status gizi dari berbagai ketidak seimbangan antara asupan protein dan energi.Gangguan ini biasanya terlihat dari pola pertumbuhan fisik dan proporsi jaringan tubuh seperti lemak, otot, dan jumlah air dalam tubuh. Adapun beberapa syarat yang mendasari penggunaan antropometri ini adalah(Suparasia, dkk., 2001) :

a)      Alatnya mudah didapat dan digunakan, seperti dacin, pita lingkar lenganatas,              mikrotoa, dan alat pengukur panjang bayi yang dapat dibuat sendiri dirumah.
        b).   Pengukuran dapat dilakukan berulang-ulang dengan mudah dan objektif.Contohnya                 apabila terjadi kesalahan pada pengukuran lingkar lengan atas pada anak balita maka                 dapat dilakukan pengukuran kembali tanpa harus persiapan alat yang rumit.
       c).  Pengukuran bukan hanya dilakukan dengan tenaga khusus professional, juga oleh                tenaga lain setelah dilatih untuk itu.
       d).   Biaya relatife murah, karena alat mudah didapat dan tidak memerlukan bahan-bahan                lainnya.
       e).    Hasilnya mudah disimpulkan karena mempunyai ambang batas (cut off  points) dan                baku rujukan yang sudah pasti.
       f).    Secara ilmiah diakui kebenaraya. Hampir semua negara mengguakanantropometri                sebagai metode untuk mengukur status gizi masyarakat,khususnya untuk penapisan                ( screening ) status gizi.

Hal ini dikarenakanantropometri diakui kebearanya secara ilmiah.Memperhatikan          faktor di atas, maka di bawah ini akan diuraikankeunggulan antropometri yaitu :
       a).    Prosedurnya sederhana, aman dan dapat dilakukan dalam jumlah sampelyang besar.
       b).    Relative tidak membutuhkan tenaga ahli, tetapi cukup dilakukan dengantenaga yang                 sudah dilatih dalam waktu singkat dapat melakukan pengukuran antropometri.
       c).    Alatnya murah, mudah dibawa, tahan lama, dapat dipesan, dibuat didaerah                setempat.
       d).     Metode ini tepat dan akurat karena dapat dibakukan.
       e).    Dapat mendeteksi atau menggambarkan riwayat gizi masa lampau.
       f).    Umumnya dapat mengidentifikasi status gizi.
       g).    Dapat mengevaluasi perubahan status gizi pada periode tertentu.
       h).    Digunakan untuk penapisan kelompok yang rawan terhadap gizi.

Di samping keunggulan metode antropometri tersebut, terdapat pula beberapa             kelemahan seperti :
         a).    Tidak sensitif Metode ini tidak dapat mendeteksi status gizi dalam waktu singkat                     dantidak dapat membedakan kekurangan zat gizi tertentu seperti zinc dan fe.
          b).    Faktor diluar gizi (penyakit, genetik, dan penurunan penggunaan energi)dapat                   menurukan spesifitas dan sensifitas pengukuran antropometri.
 

          c).     Kesalahan yang terjadi pada saat pengukuran dapat mempungaruhi presisi,                     akurasi, dan validitas pengukuran antropometri gizi.

          d).     Kesalahan terjadi karena:
                       1. Pengukuran
                       2. Perubahan hasil pengukuran baik fisik maupun komposisi jaringan
                       3. Analisis dan asumsi yang keliru
            e).    Sumber kesalahan, biasanya berhubungan dengan:
                       1). Latihan petugas yang tidak cukup
                       2). Kesalahan alat atau alat tidak ditera
                       3). Kesulitan pengukuran

B.     Indeks Mata Tubuh ( IMT )
Penilaian status gizi terbagi atas dua yakni penilaian status gizi secara langsung yang dibagi menjadi empat penilaian yaitu antropometri, klinis, biokimia, dan biofisik. Dan penilaian status gizi secara tidak langsung yakni, survey konsumsi makanan, statistik vital, dan faktor ekologi. Pengukuran antropometri relatif mudah dilaksanakan. Akan tetapi untuk berbagai cara, pengukuran antropometri ini membutuhkan keterampilan, peralatan dan keterangan untuk pelaksananya.[1][6]
       Parameter antropometri merupakan dasar dari penilaian status gizi. Kombinasi antara beberapa parameter disebut Indeks Antropometri. Dalam pengukuran indeks antropometri sering terjadi kerancuan, hal ini akan mempengaruhi interpretasi status gizi yang keliru. Beberapa indeks antropometri yang sering digunakan yaitu BB/U, TB/U, BB/TB. Perbedaan penggunaan indeks tersebut akan memberikan gambaran prevalensi status gizi yang berbeda.
       Perlu ditekankan bahwa pengukuran antropometri hanyalah satu dari sejumlah teknik-teknik yang dapat untuk menilai status gizi. Pengukuran dengan cara-cara yang baku dilakukan beberapa kali secara berkala pada berat dan tinggi badan, lingkaran lengan atas, lingkaran kepala, tebal lipatan kulit (skinfold) diperlukan untuk penilaian pertumbuhan dan status gizi pada bayi dan anak.1
             Istilah Antropometri berasal dari kata “Anthro” yang berarti manusia dan “metri” yang berarti ukuran. Secara definitif antropometri dapat dinyatakan sebagai suatu studi yang berkaitan dengan pengukuran bentuk, ukuran (tinggi, lebar) berat dan lain-lain yang berbeda satu dengan lainnya (Sutalaksana,1996).
Menurut Nurmianto (1991), antropometri adalah satu kumpulan data numerik yang berhubungan dengan karakteristik fisik tubuh manusia, ukuran, bentuk dan kekuatan serta penerapan dari data tersebut untuk penanganan masalah desain. Antropometri secara lebih luas digunakan sebagai pertimbangan ergonomis proses perencanaan produk maupun sistem kerja yang memerlukan interaksi manusia  (Sutalaksana,1996).
             Data antropometri yang berhasil diperoleh akan diaplikasikan secara lebih luas antara lain dalam hal perancangan areal kerja (work station), perancangan alat kerja seperti mesin, equipment, perkakas (tools), perancangan produk-produk konsumtif seperti pakaian, kursi, meja, dan perancangan lingkungan fisik. Berdasarkan hal tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa data antropometri akan menentukan bentuk, ukuran, dan dimensi yang tepat berkaitan dengan produk yang akan dirancang sesuai dengan manusia yang akan mengoperasikan atau menggunakan produk tersebut  (Sutalaksana,1996).
            Secara umum, antropometri artinya ukuran tubuh manusia. Penilaian secara antropometri adalah suatu pengukuran dimensi tubuh dan komposisi dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi. Antropometri digunakan untuk melihat ketidakseimbangan asupan protein dan energi. Pengertian istilah Nutritional Anthropometry mula-mula muncul dalam Body Measurements and Human Nutrition yang ditulis oleh Brozek pada tahun 1966 yang telah didefinisikan oleh Jelliffe (1966) sebagai pengukuran pada variasi dimensi fisik dan komposisi besaran tubuh manusia pada tingkat usia dan derajat nutrisi yang berbeda. Pengukuran antropometri ada 2 tipe yaitu: pertumbuhan dan ukuran komposisi tubuh yang dibagi menjadi pengukuran lemak tubuh dan massa tubuh yang bebas lemak. Pengukuran berat badan menurut umur pada umumnya untuk anak merupakan cara standar yang digunakan untuk menilai pertumbuhan. Kurang berat tidak hanya menunjukkan konsumsi pangan yang tidak cukup tetapi dapat pula mencerminkan keadaan sakit yang baru dialami Jelliffe (1966).
Antropometri merupakan bidang ilmu yang berhubungan dengan dimensi tubuh manusia. Dimensi-dimensi ini dibagi menjadi kelompok statistika dan ukuran persentil. Kenyamanan menggunakan alat bergantung pada kesesuaian ukuran alat dengan ukuran manusia. Jika tidak sesuai, maka dalam jangka waktu tertentu akan mengakibatkan stress tubuh antara lain dapat berupa lelah, nyeri, pusing. Penelitian yang dilakukan Chang terhadap 30 orang laki-laki sebegai operator pneumatic screwdriver usia 22 tahun panjang lengannnya rata-rata 18,2 cm dan tinggi tubuh rata-rata 168,5 cm, ternyata yang melakukan kerja pada posisi duduk lebih menerima getaran pneumatic screwdriver dan otot lengan depannya mengalami stress dibanding yang posisi kerja berdiri.
            Penggunaan IMT hanya berlaku untuk orang dewasa berumur diatas 18 tahun. IMT tidak dapat diterapkan pada bayi, anak-anak, remaja, ibu hamil, dan olahragawan. Disamping itu, IMT tidak bisa diterapkan pada keadaan khusus lainnya seperti edema, asites, dll. IMT/U merupakan yang terutama bermanfaat untuk penapisan kelebihan berat badan dan kegemukan. Biasanya IMT tidak meningkat dengan bertambahnya umur.

Rumus perhitungan IMT:
      IMT merupakan alat yang sangat sederhana untuk memantau status gizi orang       khususnya yang berkaitan kekurangan dan kelebihan berat badan, maka mempertahankan berat badan normal memungkinkan seseorang dapat mencapai usia harapan hidup lebih panjang. Indikator IMT/U hampir sama dengan BB/PB atau BB/TB. Ketika melakukan      interpretasi resiko kelebihan berat badan, perlu mempertimbangkan berat badan orang tua.

      Tabel 1. Ketegori IMT (WHO 2000)
Klasifikasi
BMI (kg/m2)
Underweight
<18,50
-          Severe thinness
-          Moderate thinness
-          Mild thinness
<16,00
16,00-16,99
17,00-18,49
Normal
18,50-24,49
Overweight
>25,00
-          Pre-obesitas
25,00-29,99
Obesitas
>30,00
-          Obesitas kelas I
-          Obesitas kelas II
-          Obesitas kelas III
30,00-34,99
35,00-39,99
>40,00
Sumber: WHO, 1995, WHO, 2000 dan 2004, www.andeka.com



Tabel 2. Kategori IMT (IOTF, WHO 2000, Penduduk Asia Dewasa)
Kategori
BMI (kg/m2)
Risk Of Co-morbidities
Underweight
<18,50
Rendah (tetapi risiko terhadap masalah-masalah klinis lain meningkat


Normal
18,50-22,99
Rata-rata
Overweight
>23,00

At Risk
23,00-24,99
Meningkat
Obese I
25,00-29,99
Sedang
Obese II
>30,00
Berbahaya
 Sumber: IOTF,WHO 2000,Penduduk Asia Dewasa

Tabel 3. Kategori IMT (Riskesdas 2007)
Kategori
BMI (kg/m2)
Kurus
<18,50
Normal
18,50-24,99
Berat Badan Lebih
25,00-27,00
Obese
>27,00
Sumber: Rise Kesehatan Dasar 2007
Berat badan normal adalah idaman bagi setiap orang agar mencapai tingkat kesehatan yang optimal. Beberapa keuntungan yang diberikan adalah penampilan baik, lincah dan risiko sakit rendah.(Arisman, 2002).


Indeks massa tubuh telah digunakan dalam beberapa penelitian populasi internasional untuk menilai risiko penyakit di antara orang dewasa. BMI meningkat jelas terkait dengan risiko yang lebih tinggi dari tekanan darah tinggi, diabetes mellitus tipe 2, faktor risiko kardiovaskular penyakit lainnya, dan mortalitas meningkat. Memang, risiko relatif untuk faktor risiko penyakit kardiovaskular kejadian penyakit kardiovaskular meningkat dinilai dengan peningkatan BMI pada semua kelompok populasi. Selain itu, asosiasi antara gangguan muskuloskeletal, gangguan dalam fungsi pernapasan dan fisik, dan kualitas hidup. Akibatnya, dalam studi epidemiologi, BMI digunakan untuk mengetahui kelebihan berat badan atau obesitas pada orang dewasa dan untuk memperkirakan risiko terkena penyakit. Perluh diketahui bahwa anak yang pendekpun dapat mengalami kelebihan berat badan. Maka perluh mempertahankan berat badan normal.
                          badan menggambarkan jumlah protein, lemak, air dan mineral pada tulang. Pada remaja, lemak cenderung meningkat dan protein otot menurun. Pada klien edema dan asites, terjadi penambahan cairan dalam tubuh. Adanya tumor dapat menurunkan jaringan lemak dan otot, khususnya terjadi pada orang Berat badan merupakan ukuran antropometri terpenting dan paling sering digunakan pada bayi baru lahir (neonatus).
              Digunakan untuk mendiagnosa bayi normal atau BBLR (dibawah 2500 gram). Pada masa bayi atau balita, berat badan dapat dipergunakan untuk melihat laju pertumbuhan fisik maupun status gizi, kecuali terdapat kelainan klinis (dehidrasi, asites, edema, atau adanya tumor). Dapat digunakan sebagai dasar perhitungan dosis obat dan makanan. Berat perkembangan tubuh yang baik maupun yang buruk. Berat badan merupakan suatu pencerminan dari kondisi yang kekurangan gizi.
            Penimbangan (berat badan) adalah pengukuran antropometri yang umum digunakan dan merupakan kunci yang memberi petunjuk nyata dari sedang berlaku dan ukuran yang paling baik mengenai konsumsi kalori protein dan karbohidrat.
    
   Alasan mengapa pengukuran berat badan merupakan pilihan utama:
           -  Parameter yang paling baik, mudah terlihat perubahan dalam waktu singkat karena             perubahan konsumsi makanan dan kesehatan.
              -    Memberikan gambaran status gizi sekarang, jika dilakukan periodik memberikan             gambaran pertumbuhan.
              -     Umum dan luas dipakai di Indonesia.
              -      Ketelitian pengukuran tidak banyak dipengaruhi oleh keterampilan pengukur.
              -      KMS yang digunakan sebagai alat yang baik untuk pendidikan dan memonitor               kesehatan anak menggunakan juga berat badan sebagai dasar pengisiannya.
              -      Karena masalah umur merupakan faktor penting untuk penilaian status gizi, berat                badan terhadap tinggi badan sudah dibuktikan dimana-mana sebagai indeks yang                    tidak tergantung pada umur.
              -       Alat ukur dapat diperoleh di pedesaan dengan ketelitian tinggi dengan menggunakan               dacin yang juga sudah dikenal oleh masyarakat.
    
              Penentuan berat badan dilakukan dengan cara menimbang. Alat yang digunakan di lapangan sebaiknya memenuhi beberapa persyaratan:6
     a.    Mudah digunakan dan dibawa dari suatu tempat ke tempat yang lain.
     b.    Mudah diperoleh dan relatife murah harganya.
     c.    Ketelitian penimbangan sebaiknya maksimum 0,1 kg.
     d.   Skalanya mudah dibaca.
                       e.    Cukup aman untuk menimbang anak balita.
      
Tinggi badan merupakan parameter paling penting bagi keadaan yang telah lalu dan keadaan sekarang, jika umur tidak diketahui dengan tepat. Merupakan ukuran kedua yang penting, karena dengan menghubungkan BB terhadap TB (quac stick) factor umur dapat dikesampingkan.

         C.  WHR (Rasio lingkar pinggang dan panggul)
       Pengukuran rasio lingkar pinggang dan panggul yang menghasilkan indeks tinggi harus memperhatikan penyebabnya karena simpanan lemak atau otot torso yang berkembang. Jadi perlu diukur tebal lipatan kulit abdomen untuk mengetahuinya. Tujuan pengukuran lingkar pinggang dan pinggul adalah untuk mengetahui resiko tinggi terkena penyakit DM II, kolesterol, hipertensi, dan jantung. Lingkar pinggang diukur di indentasi terkecil lingkar perut antara tulang rusuk dan krista iliaka, subjek berdiri dan diukur pada akhir ekspirasi normal dengan ketelitian 0,6 cm menggunakan pitameter. Lingkar pinggul diukupenonjolan terbesar pantat, biasanya di sekitar pubic sympisis, subjek berdiri diukur menggunakan pitameter dengan ketelitian 0,1 cm
       Banyaknya lemak dalam perut menunjukkan ada beberapa perubahan metabolisme, termasuk terhadap insulin dan meningkatnya produksi asam lemak bebas, dibanding dengan banyaknya lemak bawah kulit pada kaki dan tangan. Perubahan metabolisme memberikan gambaran tentang pemeriksaan penyakit yang berhubungan dengan perbedaan distribusi lemak tubuh ukuran umur yang digunakan adalah rasio lingkar pinggal-pinggul. Pengukuran lingkar pinggang dan lingkar pinggul harus dilakukan oleh tenaga terlatih dan posisi pengukuran harus tetap, karena perbedaan posisi pengukuran memberikan hasil yang beerbeda.
       Suatu studi prospektif menunjukkan rasio pinggang-pinggul berhubungan dengan penyakit kardiovaskular.7
       Rumus Menghitung Nilai WHR:7

      Tabel 4: Standar resiko penyakit degeneratif berdasarkan pengukuran WHR pada jenis kelamin dan kelompok umur:
Jenis kelamin
Kelompok umur
Resiko
Low
Moderate
High
Very high
Pria
20-29
< 0,83
0,83-0,88
0,89-0,94
> 0,94
30-39
< 0,84
0,84-0,91
0,92-0,96
> 0,96
40-49
< 0,88
0,88-0,95
0,96-1,00
> 1,00
Wanita
20-29
< 0,71
0,71-0,77
0,78-0,82
> 0,82
30-39
< 0,72
0,72-0,78
0,79-0,84
> 0.84
40-49
< 0,73
0,73-0,79
0,80-0,87
> 0,87
Sumber. Sirajuddin 2012.

   D. % BODY FAT
Semua pengukuran tebal lemak bawah kulit sebaiknya konsisten di sisi kanan badan dan diukur tiga kali. Tebal lemak bawah kulit merupakan salah satu indeks antropometri yang digunakan dalam pengukuran status indeks antropometri untuk mengukur status gizi. Pengukuran tebal lemak bawah kulit biasanya digunakan untuk memperkirakan jumlah lemak dalam tubuh. Persentase kandungan lemak tubuh dapat dipakai untuk menilai status gizi dengan pengukuran tebal lemak bawah kulit terdiri dari beberapa tempat, yakni trisep, bisep, subskapular, suprailiaka, supraspinale, abdominal, paha depan, betis medial, dan mid aksla.     
            Persentase body fat dapat diestimasi dari skinfold menggunakan persamaan secara        umum atau kelompok tertentu.
            Lemak dapat diukur secara absolut (dalam kg) dan secara relatif (%) terhadap berat tubuh total. Jumlah lemak tubuh sangat bervariasi ditentukan oleh jenis kelamin dan umur. Ketebalan lipatan kulit adalah suatu pengukuran kandungan lemak tubuh karena sekitar separuh dari cadangan lemak tubuh total terdapat langsung dibawah kulit. Pengukuran tebal lipatan kulit merupakan salah satu metode penting untuk menentukan komposisi tubuh serta presentase lemak tubuh dan tubuh untuk menentukan status gizi cara antropometri.
             Rumus menghitung tebal lemak bawah kulit:
       Laki-laki 18-27 tahun
            Db = 1,0913 – 0,00116 (trisep + scapula)
         % BF = [(4,97/Db) – 4,52] x 100
      Wanita 18-23 tahun
             Db = 1,0897 – 0,00133 (trisep + scapula)
     % BF = [(4,76/Db) – 4,28] x 100
      Tabel 3: Klasifikasi Standar Pengukuran Tebal Lemak Bawah Kulit:
Klasifikasi
Laki-laki
Wanita
Lean
< 8 %
< 13 %
Optimal
8 – 15 %
14 – 23 %
Slightly overfat
16 – 20 %
24 – 27 %
Fat
21 – 24 %
28 – 32 %
Obesitas
 25 %
 33 %
        Sumber. Sirajudin 2012.

   E.     LILA
Lingkar lengan atas merupakan salah satu pilihan untuk penentuan status gizi, karena mudah, murah dan cepat. Tidak memerlukan data umur yang terkadang susah diperoleh. Memberikan gambaran tentang keadaan jaringan otot dan lapisan lemak bawah kulit.
Lingkar lengan bawah diukur pada bagian proksimal tidak lebih dari 6 cm dari radial. Lingkar paha diukur di bagian paha, yaitu titik pertengahan antara titik paling proksimal tulang patella dan titik pertengahan lipat paha. Titik tengah lipat paha ditentukan dengan jalan menentukan terlebih dahulu letak SIAS ketika (subjek masih berdiri), dan simfasis pubis. Lingkar betis dapat diukur baik dalam keadaan berdiri maupun duduk. Jika subjek berdiri, berat badan harus tertumpu pada kedua kaki secara merata, dan jarak kedua kaki sekitar 25 cm. Jika subjeknya duduk, kedua kaki harus dijuntaikan. Pita pengukur kemudian dilingkarkan ke betis (tegak lurus dengan aksis memanjang betis), dan diturun-naikkan untuk mencari diameter terbesar. Hasil pengukuran ulang tidak boleh berbeda lebih dari 2 mm (Arisman, 2007).

       Tabel 1: Ambang Batas Pengukuran LiLA:7
Klasifikasi
Batas Ukur
Wanita Usia Subur
KEK
< 23,5 cm
Normal
 23,5 cm
Bayi Usia 0-30 hari
KEP
< 9,5 cm
Normal
 9,5 cm
Balita
KEP
< 12,5 cm
Normal
12,5 cm
     Sumber: Sirajuddin, 2012.
       LiLA mencerminkan cadangan energi, sehingga dapat mencerminkan:
                1. Status KEP pada balita
          2. KEK pada ibu WUS dan ibu hamil: risiko lahir bayi BBLR
       Kelemahan dari pengukuran LILA:
             -  Baku LLA yang sekarang digunakan belum mendapat pengujian yang memadai untuk           digunakan di Indonesia.
        -  Kesalahan pengukuran relatif lebih besar dibandingkan pada TB.
             - Sensitif untuk suatu golongan tertentu (prasekolah), tetapi kurang sensitif untuk           golongan dewasa.




BAB III
METODE PRAKTIKUM

   A.TEMPAT DAN WAKTU PRAKTIKUM
            Praktikum ini dilaksanakan di Laboratorium Terpadu Kesehatan Masyarakat         Universitas Hasanuddin pada hari Senin tanggal 24 Juni 2013 pada pukul 09.00 sampai         selesai.

    B.  ALAT DAN BAHAN
  Adapun alat yang digunakan pada praktikum ini adalah timbangan digital, microtoice,                pita LILA, alat ukur lutut, pita circumference, dan skinfold caliper
     C. Prosedur Kerja
1.  Berat badan
a.          Digunakan pakaian biasa (usahakan dengan pakaian minimal), subjek tidak menggunakan alas kaki.
b.        Dikalibrasi alat yang akan digunakan sebelum pengukuran.
c.         Dipastikan timbangan berada pada penunjukkan skala dengan angka 0,0.
d.        Subjek berdiri di atas timbangan dengan berat yang tersebar merata pada kedua kaki dan posisi kepala dengan pandangan lurus ke depan diusahakan tetap tenang.
e.         Dibaca berat badan dengan tampilan skala 0,1 kg terdekat.

2.Tinggi badan
a.         Diposisikan subjek tetap di bawah mikcrotoice  denga tidak mengenakan alas kaki
b.        Kaki rapat, lutut lurus, tumit, pantat, dan bahu menyentuh dinding vertikal.
c.         Subjek dengan pandangan lurus ke depan, kepala tidak perlu menyentuh dinding vertikal. Tangan lepas ke samping badan dengan telapak tangan mengahadap paha.
d.        Diminta subjek untuk menarik nafas panjang dan berdiri tegak tanpa mengangkat tumit untuk membantu menegakkan tulang belakang usahakan bahu tetap santai .
e.         Ditarik mikcrotoice hingga menyentuh ujung kepala, dipegang secara horizontal. Pengukuran tinggi badan di ambil pada saat menarik nafas maksimum. Dengan mata pengukur sejajar dengan alat penunjuk angka untuk menghindari kesalahan penglihatan . catatan tinggi badan pada skala 0.1 cm terdekat.
1.      Penentuan Rasio Lingkar Pinggang dan Lingkar Panggul (WHR)
a.         Lingkar Pinggang
1)   Subjek menggunakan pakaian yang longgar (tidak menekan) sehingga alat ukur dapat di letakkan dengan sempurna.  Sebaiknya pita pengukur tidak berada di atas pakaian yang di gunakan.
2)   Subjek berdiri tegak dengan  perut dalam keadaan yang relaks
3)   Diukur menghadap ke subjek dan diletakkan alat ukur melingkar pinggang secara horizontal dimana merupakan bagian yang paling kecil dari tubuh. Seorang pembantu di perlukan untuk meletakkan alat ukur dengan tepat. Bagi mereka yang gemuk, dimana sukar ditentukan bagian yang paling kecil, daerah yang harus di ukur adalah antara tulang rusuk dan tonjolan iliaca.
4)   Dilakukan pengukuran diakhir dari eksperesi yang normal, dan alat ukur tidak menekan kulit.
5)   Dibaca dengan teliti hasil pengukuran pada pita hingga 0,1 cm terdekat.



b.      Lingkar panggul
1)      Subjek mengenakan pakaian yang tidak terlalu menekan
2)      Subjek berdiri tegak dengan kedua lengan berada pada kedua sisi tubuh dan kaki rapat
3)      Pengukur jongkok di samping subjek sehingga tingkat maksimal dari panggul terlihat
4)      Dilingkarkan Alat pengukur secara horizontal tanpa menekan kulit. Seorang pembantu di perlukan untuk mengatur posisi alat ukur pada sisi lainnya
5)      Dibaca dengan teliti hasil pengukuran pada pita hingga 0,1 cm terdekat
2.         Pengukuran Lingkar Perut
Pengukuran lingkar perut di lakukan untuk mengetahui ada tidaknya obesitas abdominal/sentral. Jenis obesitas ini sangat berpengaruh terhadap kejadian penyakit kardiovaskular dan diabetes melllitus.
Cara Pengukuran Lingkar perut :
a.    Untuk pengukuran ini responden di minta dengan cara yang satuan untuk membuka pakaian bagian atas dan raba tulang rusuk terakhir responden untuk ditetapkan titik pengukuran.
b.    Ditetapkan titik batas tepi tulang rusuk paling bawah.
c.    Ditetapkan titik ujung lengkung tulang pangkal paha /panggul.
d.   Ditetapkan titik tengah diantara titik tulang rusuk terakhir titik ujung lengkung tulang pangkal paha /panggul dan tandai titik tengah tersebut dengan alat tulis.
e.    Diminta responden untuk berdiri tegak dan bernafas dengan normal (ekspirasi normal).
f.     Dilakukan pengukuran lingkar perut dimulai/diambil dari titik tengan kemudian secara sejajar horizontal melingkari pinggang dan perut kembali menuju titik tengah di awal pengukuran.
g.    Apabila responden mempunyai perut yang gendut kebawah , pengukuran mengambil bagian yang paling buncit lalu terakhir pada titik tengah tersebut lagi.
3.      Pengukuran Lingkar Lengan Atas (LILA)
a.    Ditentukan titik mid point pada lengan
1)      Subjek diminta untuk berdiri tegak
2)      Diminta subjek untuk membuka lengan pakaian yang menutupi lengan kiri atas (bagi yang kidal gunakan lengan kanan).
3)      Ditekukan subjek 90, dengan telapak tangan dihadap keatas. Pengukur berdiri di belakang subjek dan ditentukan titik tengah antara tulang atas pada bahu kiri dan siku .
4)      Ditandai titik tengah tersebut dengan pena
b.    Mengukur Lingkar Lengan Atas
1)      Dengan tangan digantung lepas dan siku lurus di samping badan, telapak tangan dihadapkan ke bawah
2)      Diukur lingkar lengan atas pada posisi mid point dengan pita LILA ditempel pada kulit . Diperhatikan jangan sampai pita menekan kulit atau ada rongga antara kulit dan pita
3)      Lingkar lengan atas di catat pada skala 0,1 cm terdekat.
4.         Menentukan Tebal Lipatan Kulit ( TLK)
a.    Ibu jari dan jari telunjuk dari tangan kiri digunakan untuk mengangkat kedua sisi dari kulit lemak subkutan kurang lebih 1 cm proximal dari daerah yang diukur.
b.    Dilipatan kulit di angkat pada jarak kurang lebih 1 cm yang tegak lurus arah garis kulit.
c.    Dilipatan kulit tetap di angkat sampai pengukuran selesai.
d.   caliper di pegang oleh tangan kanan.
e.    Dilakukan pengukuran dalam 4 detik setelah penekanan kulit oleh kapiler di lepas


1)   Mengukur TLK pada Tricep
a.    Subjek berdiri dengan kedua lengan tergantung bebas pada kedua sisi tubuh.
b.   Dilakukan pengukuran pada mid point (sama seperti LILA).
c.    Pengukur berdiri dibelakang subjek dan diletakkan telapak tangan kirinya pada bagian lengan yang paling atas kearah tanda yang telah di buat dimana ibu jari dan jari telunjuk dihadapkan ke bawah. Tricept skinfold diambil dengan menarik pada 1 cm dari proximal tanda titik tengah tadi.
d.   Tricept skinfold di ukur dengan mendekati 0,1 mm.
2)   Mengukur TLK pada subscapular
a.    Subjek berdiri tegak dengan kedua lengan tergantung bebas pada kedua sisi tubuh.
b.   Diletakkan tangan kiri ke belakang.
c.    Didapatkan tempat pengukuran, pemeriksa meraba scapula dan mencarinya kearah bawah lateral sepanjang batas vertebrata sampai menentukan sudut bawah scapula.
d.   Subscapular skinfold di tarik dalam arah diagonal (infero-lateral) kurang lebih 45 ke arah horizontal garis kulit. Titik scapula terletak pada bagian bawah sudut scapula .
e.    Capiler di letakkan 1 cm infero-lateral dari ibu jari dan jari telunjuk yang mengangkat kulit dan subkutan kulit di ukur mendekati 0,1 mm.

























BAB
IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
    A. HASIL
Pada subbab perhitungan ini, hanya ditampilkan perhitungan pada perorangan sebagai contoh model perhitungan untuk setiap parameter antropometri yang membutuhkan perhitungan.
1. Menentukan Indeks Massa Tubuh (IMT)
Dik:     BB= 55 kg                              
            TB=1,56 m
Dit: IMT....?
Pnye:       
             
          
=  22,6kg/m2
                                               

2. WHR
Dik:     L.Pi= 71
            L.Pa= 90
Dit: WHR...?
Peny:
             
                = 0,78
3. TLK
Dik:     Trisep  =  12
            Scapula=  17
Dit: Db...?
Peny:          Db = 1,0913 – 0,00116 (Strisep+scapula)
                        = 1,0913 – 0,00116 (12+17)
                        = 1,0913 – 0,00116 (29)
                        = 1,05766
4.  %BF
Dik:            Db            = 1,05998
Dit: %BF...?
Peny:          %BF= [(4,97/Db)-4,52] x 100
                        = [(4,68/1,05766)-4,52] x 100
                        = 17%.

5. Tinggi Lutut
            
              
              = 3,16.



     B. PEMBAHASAN
 Pada praktikum ini dilakukan penilaian status gizi seseorang secara antropometri. Percobaan ini dilakukan secara berkelompok dimana masing-masing praktikan saling mengukur satu sama lain, dan yang akan dibahas di bawah ini merupakan penilaian status gizi secara pribadi. Percobaan yang dilakukan dalam penilaian status gizi secara antropometri ini dibagi menjadi dua tahap. Tahap yang pertama yaitu mengukur berat badan, tinggi badan, dan tinggi lutut. Dari ketiga pengukuran tersebut, kita bisa melakukan perhitungan Indeks Massa Tubuh (IMT) dan menentukan tinggi badan berdasarkan tinggi lutut. Tahap yang kedua yaitu mengukur lingkar pinggang, lingkar panggul, tebal lipatan kulit, dan lingkar lengan atas. Dari keempat pengukuran tersebut, kita bisa melakukan perhitungan WHR (Waist to Hip Ratio) dan % BF (Body Fat). Dengan pengukuran-pengukuran yang dilakukan kita dapat mengetahui status gizi yang kita miliki.

1.    Indeks Masa Tubuh ( IMT)
Indeks massa tubuh (IMT) adalah nilai yang diambil dari perhitungan  antara berat badan (BB) dan tinggi badan (TB) seseorang. IMT dipercayai dapat  menjadi indikator atau mengambarkan kadar adipositas dalam tubuh seseorang.
Berdasarkan hasil pengukuran dan dihubungkan dengan standar Nilai Ambang Batas IMT  ( WHO 2000)  maka dapat dilihat bahwa pengukuran IMTnya adalah 19,8 maka hasil berada dalam kisaran normal.
Masalah kekurangan dan kelebihan gizi merupakan masalah yang sangat penting karena dapat memicu terjadinya penyakit degeneratif. Berat badan yang kurang pada wanita usia subur memungkinkan melahirkan bayi berat badan lahir rendah ( BBLR). Sedangkan berat badan lebih dapat memicu penyakit degeneratif seperti jantung, kolestrol, obesitas dsb.

2.    Rasio Lingkar Pinggang dan Panggul ( WHR )
Berdasarkan hasil pengukuran dan kemudian disesuaikan dengan kriteria WHR (wanita umur 20-29 tahun dan laki-laki dengan umur    20-29 tahun ), maka dapat dilihat bahwa pengukuran status gizi dengan WHR adalah: 0,74 maka hasil pengukuran termasuk dalam kategori low.
Tingginya WHR mengindikasikan banyaknya lemak di daerah seputar pinggang. Sebaliknya WHR yang rendah mengindikasikan timbunan lemak lebih banyak di daerah sekitar pinggul.  Berdasarkan  hasil penelitian, ternyata wanita dengan WHR tinggi, baik itu yang bertubuh gemuk atau pun yang kurus sekalipun, ternyata lebih rentan terserang stres.
Ukuran lingkar pinggang lebih besar (merefleksikan lemak abdomen) sangat berbahaya, lingkar pinggul lebih besar dapat memberikan perlindungan terhadap penyakit  kardiovaskuler. Rasio lingkar pinggang dan pinggul adalah cara penilaian obesitas terbaik untuk mengukur risiko serangan jantung. Itu kesimpulan penelitian global ilmuwan dari Universitas McMaster, Kanada, yang dipublikasikan dalam jurnal The Lancet terbaru. Jika obesitas ditentukan dengan menggunakan rasio lingkar pinggang dan pinggul. selain memakai indeks masa tubuh , maka orang berisiko mengalami serangan jantung meningkat tiga kali lipat.
Hasil pemeriksaan di laboratorium menunjukkan bahwa sekresi kortisol yang mereka lakukan lebih banyak dibandingkan para wanita yang memiliki WHR rendah.  Hasil penelitian yang dipublikasikan dalam jurnal Psychosomatic Medicine edisi September/Oktober itu lebih jauh mengungkapkan bahwa tinggnya WHR pada wanita bertubuh kurus dengan yang kegemukan tentu saja memiliki sebab yang berbeda.  Secara psikologis, wanita kurus dengan WHR tinggi umumnya adalah mereka yang tengah mengalami stres.
 "Bagi yang bertubuh kurus, lemak di sekitar perut bisa menjadi indikasi dari pengaruh stress. Banyak faktor dibalik tingginya kortisol sebagai penyebab bertimbunnya lemak di sekitar perut.  Selain hormon, merokok, mengkonsumsi alkohol, serta malasnya berolahraga dapat meningkatkan tingkat kortisolnya.  Sementara itu, tidur yang cukup serta rajin berolahraga dapat menurunkan tingkat kortisol serta lemak di sekitar perut.
3.      Rasio Lingkar Perut
Dari hasil pengukuran antropometri pada lingkar perut adalah 68,6 maka hasil tersebut dikatakan normal. Ukuran lingkar perut yang baik yaitu tidak lebih dari 90 cm untuk laki-laki dan tidak lebih dari 80 cm. Dampak pada munculnya berbagai penyakit degeneratif. Obesitas sentral berhubungan dengan peningkatan sindrom metabolic, aterosklerosis, penyakit kardiovaskuler, diabetes tipe 2, batu empedu, gangguan fungsi pulmonal,  hipertensi dan dislipidemia

4.      Body Fat (%)
Body Fat (Kadar Lemak Tubuh) adalah presentase berat lemak total dalam tubuh terhadap berat badan dan merupakan indicator kesehatan. Kadar Lemak yang berlebihan sangat beresiko terhadap berbagai penyakit. Mengurangi kelebihan lemak tubuh dapat mengurangi secara nyata resiko penyakit degeneratif, seperti hipertensi, jantung, diabetes, stroke, dan kanker. Body Fat (%) adalah persentase kadar lemak di dalam tubuh seseorang dibandingkan dengan berat tubuh keseluruhan.
Berdasarkan hasil pengukuran tricep dan subscapula yang disesuaikan dengan standar klasifikasi laki-laki dan wanita maka dapat diketahui bahwa pengukuran  %BF adalah 20, maka di katakan normal.
% body fat  yang berada di atas normal dapat memberikan risiko kesehatan yang lebih tinggi. perubahan dalam lingkar pinggang menggambarkan perubahan faktor risiko penyakit kardiovaskular dan penyakit-penyakit kronik lainnya.
Ada cara untuk menyingkirkan lemak dan meningkatkan metabolisme tubuh dan cara itu bisa jadi merupakan satu-satunya cara terbaik untuk memperoleh hasil efektif. Klein dan Labrada menyarankan agar menambah frekuensi makan, tentunya makanan berkomposisinya seimbang, dan bukan menjadi kelaparan untuk menghilangkan lemak. Ini untuk mencegah agar tidak berdiet mati-matian.
Hal yang harus selalu diingat: mengurangi jumlah kalori dan meningkatkan aktivitas olah raga akan membuat tubuh mencuri massa otot untuk mengambil cadangan energinya. Jangan mengulangi kesalahan di atas bila ingin menghilangkan lemak, karena hasilnya lemak tubuh akan bertambah.
Berkurangnya massa otot harus diwaspadai, karena itu berarti kecepatan metabolisme tubuh juga berkurang. Menurunnya metabolisme dapat membuat kita tiap tahun bertambah berat badan lima kg, meskipun mengkonsumsi porsi kalori yang sama seperti biasanya.
Banyaknya kalori yang dikonsumsi berperan penting dalam peningkatan metabolisme tubuh. Tubuh secara otomatis akan melambatkan metabolisme bila kalori yang masuk berkurang. Ini merupakan tehnik bertahan hidup manusia ketika kelaparan.
Menurut goulding A (2003), menetapkan dalam penenelitiannya adalah kami menetapkan bahwa wanita berusia 4-5 tahun relatif tinggi adipositas cenderung mempertahankan lintasan jauh lebih tinggi keuntungan lemak, dibandingkan anak perempuan yang lebih ramping pada awal. Namun demikian, adalah meyakinkan untuk dicatat bahwa  tidak setiap anak dengan tinggi adipositas awal memperoleh sejumlah besar lemak. Dengan demikian, meskipun memburuk adipositas lebih mungkin sebagai kemajuan masa kanak-kanak, maka bukan merupakan konsekuensi tak terelakkan dari memiliki lemak tinggi Persentase pada 5 y usia. Apakah atau tidak adipositas yang berlebihan menjadi lebih parah dari waktu ke waktu akan tergantung pada keseimbangan setiap anak mencapai antara asupan energi dan mereka pengeluaran energi. Pengukuran longitudinal kami menunjukkan bahwa anak perempuan dari kelompok persentase lemak rendah adalah mendapatkan rata-rata 2 g  lemak per hari, sedangkan yang dari Persentase kelompok lemak tinggi   yang mengumpulkan sekitar 6 gram  lemak sehari-hari.

5.      LILA
Lingkar Lengan Atas (LILA) merupakan salah satu pilihan untuk penentuan status gizi, karena mudah dilakukan dan tidak memerlukan alat-alat yang sulit diperoleh dengan harga yang lebih murah. Beberapa hal yang perlu mendapat perhatian pada pengukuran ini adalah : (Supariasa, 2001:46-48)
a.         Baku Lingkar Lengan Atas (LILA) yang sekarang digunakan belum mendapat pengujian yang memadai untuk digunakan di Indonesia. Hal ini didasarkan pada hasil-hasil penelitian yang umumnya menunjukkan perbedaan angka prevalensi Kekurangan Energi Protein (KEP) yang cukup berarti antar penggunaan LILA di satu pihak dengan berat badan menurut umur atau berat badan menurut tinggi badan maupun indeks-indeks lain di pihak lain, sekalipun dengan LILA
b.         Kesalahan pengukuran pada LILA (pada berbagai tingkat keterampilan pengukur) relatif lebih besar dibandingkan dengan tinggi badan, megingat batas antara baku dengan gizi kurang, lebih sempit pada LILA dari pada tinggi badan. Ini berarti kesalahan yang sama besar jauh lebih berarti pada LILA dibandingkan dengan tinggi badan
c.         Lingkar lengan atas sensitif untuk semua golongan tertentu (prasekolah) tetapi kurang sensitif pada golongan lain terutama orang dewasa. Tidak demikian halnya dengan berat badan.
Dari hasil pengamatan pengukuran Lingkar Lengan Atas ( LILA) adalah :24,3 maka dalam kategori normal. Kekurangan Energi Kronis (KEK) adalah keadaan di mana seseorang mengalami kekurangan gizi (kalori dan protein) yang berlangsung lama atau menahun. Risiko Kekurangan Energi Kronis (KEK) adalah keadaan di mana seseorang mempunyai kecenderungan menderita KEK. Seseorang dikatakan menderita risiko KEK bilamana LILA(Lingkar Lengan Atas) <23,5 cm (Chinue, 2009). LILA adalah suatu cara untuk mengetahui risiko Kekurangan Energi Kronis (KEK) wanita usia subur termasuk remaja putri. Pengukuran LILA tidak dapat digunakan untuk memantau perubahan status gizi dalam jangka pendek. Status gizi yang buruk (KEK) sebelum dan selama xviii kehamilan akan menyebabkan ibu melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah.  Di samping itu, akan mengakibatkan anemia pada bayi baru lahir, mudah terinfeksi, abortus terhambatnya pertumbuhan otak janin (Supariasa, 2002).
 Ibu KEK adalah ibu yang mempunyai kecenderungan menderita KEK. Untuk memastikan seorang ibu berisiko KEK, maka ibu tersebut perlu diperiksa LILA dan  Indeks Masa Tubuh (IMT) sebelum hamil. Ibu yang mempunyai ukuran LILA <23,5 cm dan IMT( Indeks Masa Tubuh merupakan hasil pembagian berat badan dalam kg dengan kuadrat tinggi badan dalam meter) < 17,0 beresiko terkena KEK (As’Ad, 2002).
Tindakan pencegahan KEK yang berkaitan dengan konsumsi energi adalah mengkonsumsi makanan yang bervariasi dan cukup mengandung kalori dan protein  termasuk makanan pokok seperti nasi, ubi dan kentang setiap hari dan makanan yang mengandung protein seperti daging, ikan, telur, kacang-kacangan atau susu sekurang-kurangnya sehari sekali. Minyak dari kelapa atau mentega dapat ditambahkan pada makanan untuk meningkatkan pasokan kalori (Chinue, 2009).
Kondisi KEK pada ibu hamil harus segera ditindaklanjuti. Pemberian makanan tambahan yang tinggi kalori dan tinggi protein dan dipadukan dengan penerapan porsi kecil tetapi sering, faktanya memang berhasil menekan angka kejadian BBLR di Indonesia. Penambahan 200 – 450 Kalori dan 12 – 20 gram protein dari kebutuhan ibu adalah angka yang mencukupi untuk memenuhi kebutuhan gizi janin. Meskipun penambahan tersebut secara nyata (95%) tidak akan membebaskan ibu dari kondisi KEK, bayi dilahirkan dengan berat badan normal ( Chinue, 2009).
Menurut Nega Assefa1,dkk (2012), menyatakan bahwa LLA pada ibu yang kurang dari 23cm dianggap menjadi tanda miskin nutrisi. LLA tidak berbeda jauh selama kehamilan dan karena itu merupakan langkah yang tepat status gizi daripada BMI atau berat badan. Bayi yang lahir dari ibu yang miskin, gizi, kekerasan fisik dialami selama kehamilan akan mengalami BBLR. Dalam komunitas ini sebagian besar miskin di mana cakupan ANC rendah, untuk mengurangi kejadian BBLR, adalah penting untuk meningkatkan akses untuk perawatan kesehatan ibu. Keterlibatan suami dan masyarakat luas untuk mencari tindakan kolektif pada BBLR sangat penting










BAB V
PENUTUP

  A.  Kesimpulan
Adapun hasil dari percobaan yang telah dilakukan dapat dilihat sebagai berikut :
1.      Berdasarkan hasil pengukuran dan dihubungkan dengan standar Nilai Ambang Batas IMT  ( WHO 2000)  maka dapat dilihat bahwa pengukuran IMTnya adalah 19,8 maka hasil berada dalam kisaran normal.
2.      Berdasarkan hasil pengukuran dan kemudian disesuaikan dengan kriteria WHR (wanita umur 20-29 tahun dan laki-laki dengan umur 20-29 tahun ), maka dapat dilihat bahwa pengukuran status gizi dengan WHR adalah: 0,74 maka hasil pengukuran termasuk dalam kategori low.
           3.   Dari hasil pengamatan pengukuran Lingkar Lengan Atas ( LILA) adalah :24,3                    maka dalam kategori normal.
         4.   Berdasarkan pengukuran lingkar perut dengan hasil pengukuran 64,5 cm,responden                tidak mengalami obesitas karena lingkar perutnya < 80 cm
.        5.  Berdasarkan perhitungan persentaseBody Fat (%BF), resonden berada                padaklasifikasi optimal dengan nilai 23,1 %.

  B.   Saran
Adapun saran yang dapat kami berikan yaitu sebagai berikut:
1.    Diharapkan dalam memberikan pengarahan dalam pelaksanaan praktiukum pengajar harus mengatur tempo pembicara.
2.   Sebaiknya peralatan lebih diperbanyak lagi karena dibandingkan dengan jumlah                    praktikum, alat yang disediakan sangat minim.
           3.   Sebaiknya asisten lebih menjelaskan secara rinci tentang mekanisme pengukuran                   antropometri agar praktikan tidak kewalahan dalam melakukanpengukuran.






DAFTAR PUSTAKA

Supariasa, Nyoman. 2001. Penilaian Status Gizi. Jakarta: EGC
Sirajuddin, Saifuddin. 2011. Penuntun Praktikum Penilaian Status Gizi Secara Biokimia dan Antropometri. Makassar: Laboratorium Terpada Fakultas kesehatan Masyarakat Universitas hasanuddin.
Gibson 2005. Tinjauan Pustaka LILA. (Online) http://www.scribd.com/doc/46253718/Tinjauan-Pustaka-Lila-Antropo-Dsb (Diakses pada tanggal 2 Agustus 2012)
Supariasta Nyoman Dewa I. 2001. Penilaian Status Gizi. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta
Supariasa,2001. Penilaian Status Gizi Dalam Antropometri.(Online)             http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/25638/4/Chapter%20II.pdf (diakses pada tanggal 2 Agustus 2012)
Sutalaksana,1996. . Bio Kimia Harper. Buku Kedokteran EGC.Jakarta.
Chinue, 2009 Perhitungan Kebutuhan Gizi. Malang.
Supariasta Nyoman Dewa I. 2001. Penilaian Status Gizi. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta
Assefa, N,. Berhane, Y. & Worku, A. (2012). “Wealth Status, Mid Upper Arm Circumference (MUAC) and Antenatal Care (ANC) Are Determinants for Low Birth Weight
Goulding, A., Taylor, RW., Jones, IE., Barned, N.L., & Williams, SM. (2003). Body composition of 4- and 5-year-old New Zealand girls: a DXA study of initial adiposity and subsequent 4-year fat change International Journal of Obesity (2003) 27, 410–415.








7 komentar:

  1. posting nya sangat membantu saya

    BalasHapus
  2. Pengakuan tulus dari: FATIMAH TKI, kerja di Singapura

    Saya mau mengucapkan terimakasih yg tidak terhingga
    Serta penghargaan & rasa kagum yg setinggi-tingginya
    kepada KY FATULLOH saya sudah kerja sebagai TKI
    selama 5 tahun Disingapura dengan gaji Rp 3.5jt/bln
    Tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari
    Apalagi setiap bulan Harus mengirimi Ortu di indon
    Saya mengetahui situs KY FATULLOH sebenarnya sdh lama
    dan jg nama besar Beliau
    tapi saya termasuk orang yg tidak terlalu yakin
    dengan hal gaib. Karna terdesak masalah ekonomi
    apalagi di negri orang akhirnya saya coba tlp beliau
    Saya bilang saya terlantar disingapur
    tidak ada ongkos pulang.
    dan KY FATULLOH menjelaskan persaratanya.
    setelah saya kirim biaya ritualnya.
    beliau menyuruh saya untuk menunggu
    sekitar 3jam. dan pas waktu yg di janjikan beliau menghubungi
    dan memberikan no.togel "8924"mulanya saya ragu2
    apa mungkin angka ini akan jp. tapi hanya inilah jlnnya.
    dengan penuh pengharapan saya BET 200 lembar
    gaji bulan ini. dan saya benar2 tidak percaya & hampir pingsan
    angka yg diberikan 8924 ternyata benar2 Jackpot….!!!
    dapat BLT 500jt, sekali lagi terima kasih banyak KY
    sudah kapok kerja jadi TKI, rencana minggu depan mau pulang
    Buat KY,saya tidak akan lupa bantuan & budi baik KY.
    Demikian kisah nyata dari saya tanpa rekayasa.
    Buat Saudaraku yg mau mendapat modal dengan cepat

    ~~~Hub;~~~

    Call: 0823 5329 5783

    WhatsApp: +6282353295783

    Yang Punya Room Trimakasih

    ----------

    BalasHapus